Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pacar Pertama yang Tidak Jadi

12 Maret 2022   09:48 Diperbarui: 12 Maret 2022   10:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Joko tersenyum melihat kelakuan teman sebangkunya itu. Ada perasaan senang melihatnya. Joko dekat dengan Dodi sejak SMP kelas 2, saat itu mereka duduk sebangku. Pertemanan semakin dekat saat kelas 3, karena mereka kembali satu kelas. Berlanjut kemudian setelah lulus, mereka memilih sekolah yang sama. Walaupun di kelas 1 mereka tidak sekelas, tetapi kedekatan mereka semakin erat. Apalagi kemudian di kelas 2 mereka kembali sekelas, dan kemudian kembali duduk sebangku.

Kenal lebih dari 3 tahun, membuat Joko tahu karakter Dodi. Dodi dikenalnya pendiam, bahkan cenderung pemalu. Tidak banyak teman dekat yang dimilikinya, atau banyak temannya yang enggan dekat dengannya. Itu karena Dodi lebih suka menyendiri saat istirahat, dan lebih sering ke perpustakaan daripada ke kantin.

Kacamata minus yang menutupi matanya yang agak sipit serta gaya rambut yang disisir belah pinggir, menambah kesan bahwa dia orang yang tidak mau banyak bicara. Makanya, Joko merasa senang saat mengetahui Dodi ada ketertarikan kepada seorang perempuan.

***

"Jadi bagaimana ...." Belum selesai Joko berkata, Dodi meletakkan sebuah amplop di depannya. Sejenak Joko melihat amplop itu, kemudian tersenyum dan berkata, "Nah gitu, oke aku kasihkan nanti saat pulang."

Pembicaraan mereka berhenti karena Pak Herman, guru fisika memasuki kelas.

***

Joko menghampiri Dodi yang sedang membaca di tempat pavoritnya. Sebuah sudut di perpustakaan, yang jendelanya menghadap taman sekolah. Dia menarik kursi di depan Dodi lalu duduk.

Dodi meletakkan buku yang dibacanya, di meja yang memisah mereka. Dodi membetulkan kacamatanya sebelum berkata, "Aku sudah tahu. Tenang saja, dunia tidak selebar daun kelor. Kalau dia sudah ada yang punya, aku cukup menyukainya saja tanpa harus menjadi pacarnya."

Dodi terperangah mendengarnya, "Tahu dari mana?"

"Kemarin setelah menyerahkan surat ke kamu, aku juga cerita ke Wati. Dari Wati aku tahu, bahwa dia sudah punya pacar, anak Sosial," jawab Dodi seraya menatap Joko dengan ekspresi serius. Ekspresi wajah Dodi seperti biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun