Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Beberapa Pengalaman tentang Jodoh yang Misterius

14 Februari 2022   20:24 Diperbarui: 14 Februari 2022   20:30 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebutlah Handi (bukan nama sebenarnya) teman sekelas saya dan berniat menikahi Neng, yang juga teman sekelas saya. Jadi mereka, Handi dan Neng, satu kelas. Saya tahu persis hubungan mereka sudah lama. Lalu, selesai kuliah mereka berniat menikah.

Saat itulah saya baru tahu bahwa ada kepercayaan di suku Sunda bahwa seorang gadis Sunda tidak boleh menikahi laki-laki yang berasal dari Padang. Entah apa alasannya. Sebelumnya saya hanya tahu, itupun selentingan, bahwa gadis Sunda tidak boleh menikahi laki-laki Jawa.

Ibunya Neng yang sangat keras menolak. Keukeuh pisan. Saya tidak tahu, apakah sebelumnya Handi belum pernah silaturrahim ke rumah Neng, sehingga ibunya Neng baru tahu bahwa Handi orang Padang. Atau mungkin mengira hubungan Handi dan Neng tidak akan sampai ke jenjang pernikahan. Yang jelas, saat Handi menyampaikan keinginannya memperistri Neng, ibunya Neng sangat menolak.

Saya dan beberapa teman lain berusaha supaya ibunya Neng ini mau menerima Handi. Berbagai upaya dilakukan; mengajak ngobrol ibunya Neng, meminta tolong pada saudara-saudaranya Neng, bahkan sampai mendatangkan ustad/ulama yang dihormati ibunya Neng.

Handi hampir-hampir menyerah melihat ke-keukeuh-an ibunya Neng itu. Menyerah untuk melepaskan Neng untuk tidak menjadi istrinya. Tetapi dorongan dan nasihat dari saya dan teman-teman, mengembalilkan semangatnya.

Setahun lebih terus berusaha, sampai akhirnya ibunya Neng mau menerima Handi. Pernikahan pun berjalan khidmat. Sekarang mereka hidup bahagia. Handi bahkan sekarang menjadi anggota DPRD Kab. Bandung Barat.

Sebenarnya ada beberapa lagi pengalaman saya. Tetapi saya rasa tiga cerita di atas cukup untuk dituliskan kali ini.

Bukan untuk merayakan valentine saya menulis ini, tapi karena terpancing adanya kata kasih sayang yang berseliweran hari ini, saya ingin menulis sesuatu tentang kasih saying yang sebenarnya, yang seharusnya.

 Semoga saja ada manfaatnya tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun