Jelas, karena puas dan senang dengan pekerjaan pembantunya, maka si majikan tentu akan terus memperkerjakannya bahkan mungkin memberinya bonus atau hadiah.
Begitupun misalnya interaksi seorang karyawan dengan bosnya. Seorang bos tentu akan senang pada anak buahnya yang rajin, masuk kerja selalu sebelum jam masuk kantor dan pulang selalu melebih jam pulang. Tidak pernah abstain, kecuali ada hal yang sangat penting. Loyal, selalu siap menerima perintah, serta selalu sopan, hormat pada atasan.
Begitulah seharusnya seorang manusia bersikap kepada Allah swt.
Kedua, hubungan yang meminjamkan dan peminjam.
Pinjam meminjam sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita sekarang. Apalagi, dalam dunia bisnis. Seseorang yang mempunyai dana tentu akan meminjamkan atau menginvestasikan dananya ketika melihat prospek dananya akan berkembang beberapa kali lipat.
Ada tiga ayat dalam al-Quran yang menjelaskan bahwa Allah swt meminta pinjaman pada kita dan berjanji akan melipatgandakan pembayarannya beberapa kali lipat.
Allah swt berfirman,
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan memperlipatgandakan (balasan) pinjaman untuknya." (QS. Al-Hadid(57): 11
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan sebuah hadits yang meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, saat itu Abu Dahdah Al-Anshari sedang ada di dekat Rasulullah.
"Wahai Rasulullah, apakah Allah menghendaki pinjaman dari kita?" Tanya Abu Dahdah.
"Benar! Wahai Abu Dahdah," jawab Rasulullah.