Kalimat la'allakum tattaquun, 'Agar kamu bertakwa', ternyata tidak hanya ada di ayat perintah berpuasa (Al-Baqarah ayat 183). Kalimat tersebut disebut sebanyak 6 kali dalam al-Quran, yaitu di surat al-Baqarah ayat 21, Â 63, 179 dan 183. Â Lalu di surat al-An'am ayat 153 dan di surat al-A'raf ayat 171.
Keenam ayat tersebut menjelaskan cara atau jalan agar kita meraih status orang yang bertakwa.
Al-Baqarah: 21 menjelaskan, bahwa ujung dari semua ibadah yang kita laksanakan akan menjadikan kita orang yang bertakwa.
Al-Baqarah: 63 menjelaskan, berpegang teguh kepada wahyu Allah Swt adalah jalan meraih ketakwaan.
Al-Baqarah: 179 menjelaskan, di dalam pelaksanaan Qishaash (hukum Allah) ada jaminan kita menjadi orang yang bertakwa.
Al-Baqarah: 183 menjelaskan, ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah sarana kita meraih gelar takwa.
Al-An'am: 153 menjelaskan bahwa ketakwaan dapat diraih dengan mengikuti jalan (Syariat) Allah Swt.
Al-A'raf: 171 menjelaskan, dengan berpegang teguh serta mengamalkan apa-apa yang terkandung di dalam kitab-Nya, kita akan menjadi orang-orang yang bertakwa.
Dari enam ayat di atas, dapat disimpulkan untuk meraih derajat takwa, maka kita harus beribadah, berserah diri kepada Allah swt dengan mengikuti dan berpegang teguh kepada syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Khusus di bulan Ramadhan, selain ibadah puasa, beberapa hal berikut merupakan cara untuk menggapai ketakwaan,
Pertama, menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, ghibah (gosip), hal-hal yang menjurus ke hal porno, mem-bully, menghina, dan lain-lain. Karena lisan yang tidak terjaga selain akan mengurangi pahala puasa juga akan mengurangi kesempurnaan iman kita, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam". (HR Muslim no 222).
Masalahnya sekarang adalah, kemajuan teknologi internet dengan hadirnya media sosial dan messenger, fungsi perkataan (lidah) telah digantikan oleh tulisan (jari). Dan, banyak yang tidak menyadari. Padahal sabda Rasulullah Saw di atas kalau dihubungkan dengan sekarang bisa berarti juga, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia menulis sesuatu yang baik atau diam".
Apalagi tulisan di media sosial efeknya lebih besar daripada perkataan. Perkataan yang tidak baik hanya bisa didengar oleh orang-orang yang mendengarkan saja, dan beberapa hari sudah bisa dilupakan. Namun, sebuah tulisan bisa dibaca oleh setiap orang di mana saja dia berada, bahkan yang jaraknya ratusan kilometer dari yang menulis.Â
Selain itu, tulisan di medsos juga tidak bisa dihapus. Jejak digitalnya akan terus ada. Boleh jadi yang menulis sudah menghapus tulisannya di akunnya, tetapi tulisan yang sudah tersebar tidak bisa dihapus oleh yang bersangkutan.
Kalau dulu orang bisa dipenjara karena lisannya. Sekarang bisa dipenjara karena tulisannya.
Kedua, menghidupkan malam dengan beribadah. Rasulullah Saw bersabda, "Man qoma romadhona imanan wahtisaban ghofiro lahu ma taqoddama min dzambihi". Artinya, "Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni". (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah salat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh An-Nawawi di dalam kitab Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6: 39. Hadits ini memberitahukan bahwa salat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat dilakukan karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya' atau alasan lainnya. (Lihat Fathul Bari, 4: 251).
Tentu juga dengan pelaksanaannya yang sesuai syariat salat. Khusyuk, tidak tergesa-gesa, bisa diikuti ma'mum dengan tenang. Dan, bacaannya tartil.
Ketiga, perbanyak membaca al-Quran (tilawah) dan bersemangat untuk meng-khatam-kannya. Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah di bulan ini Allah Swt menurunkan al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia, yang kemudian disampaikan secara berangsur oleh malaikat Jibril kepada Rasulullah Saw. Sehingga bulan Ramadhan sering juga disebut sebagai Syahrul-Quran (bulan al-Quran).
Ulama-ulama dahulu di bulan Ramadhan lebih sering membaca al-Quran dibanding bulan-bulan yang lain. Karenanya, tak heran mereka bisa khatam beberapa kali selama Ramadhan. Contohnya seorang ulama yang bernama Al-Aswad bin Yazid --seorang ulama besar tabi'in yang meninggal dunia 74 atau 75 Hijriyah di Kufah- bisa mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan setiap dua malam. Dari Ibrahim An-Nakha'i, ia berkata,
"Al-Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan setiap dua malam." (Siyar A'lam An-Nubala, 4: 51).
Imam Syafi'I, yang bernama lengkap Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, seorang ulama terkenal sebagai salah satu ulama madzhab, sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi' bin Sulaiman,
"Imam Syafi'i biasa mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali." Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat." (Siyar A'lam An-Nubala', 10: 36).
Kita tidak mungkin menyamai para ulama dahulu, tetapi setidaknya kita berusaha meng-khatam-kan al-Quran minimal satu kali atau dua kali selama Ramadan.
Keempat, sedekah. Rasulullah Saw bersabda, "Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR At-Turmudzi dari Anas).
Di bulan Ramadhan, Rasulullah Saw bersedekah lebih sering dibanding bulan-bulan yang lain. Hal ini dikisahkan oleh Ibnu Abbas ra, "Rasulullah Saw adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur'an. Dan kedermawanan Rasulullah Saw melebihi angin yang berhembus." (HR. Bukhari).
Di hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan sesama manusia serta jauh dari api neraka. Sedangkan orang yang pelit dan kikir, ia jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan api neraka. Orang yang bodoh, tetapi dermawan, lebih dicintai oleh Allah, daripada orang yang rajin ibadah, tetapi pelit dan kikir." (HR Baihaqi).
Tentu bukan hanya empat hal di atas yang dapat menjadikan kita orang yang bertakwa. Namun, empat hal ini perlu kita maksikmalkan di bulan Ramadhan ini.
Wallahu'alam.
TSM, 02/05/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H