Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berawal dari Akhir

24 April 2021   06:15 Diperbarui: 24 April 2021   06:17 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah mereka menangis, sedih dengan meninggalnya orang tersebut? 

Apakah menyayangkannya meninggal padahal selama ini si orang tersebut selalu menolong mereka?

Atau merasa kehilangan karena jasa si orang yang meninggal itu begitu banyak?

Atau kesan sebaliknya?

Senang melihat orang itu meninggal.

Sekali lagi, kesan itu didapat dari hasil interaksi mereka dengan orang yang meninggal selama hidupnya.

Nah ... coba kita membayangkan, bagaimana kalau seandainya yang meninggal itu adalah kita.
Apa kemudian kesan keluarga kita, sahabat-sahabat kita, relasi-relasi kita? 

Bersedihkah mereka dengan meninggalnya kita?

Merasa kehilangankah mereka dengan meninggalnya kita?

Atau kesan sebaliknya?

Bearawal dari Akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun