Pak Habibie tidak langsung membuat pesawat sendiri (desain sendiri). Selain karena kemampuan teknis karyawannya belum maksimal, persaingan pun akan kalah saat penjualan.
Strategi Pak Habibie ini kemudian dikenal dengan istilah 'Berawal dari Akhir'. Â Karena sejatinya merakit itu adalah pekerjaan akhir, tetapi oleh beliau dilakukan di awal. Membeli pesawat dalam bentuk spare part lalu dirakit sendiri di PTDI, ditambah kesepakatan beberapa spare part-nya dibuat sendiri.
Strategi ini berhasil. Sampai kemudian PTDI mampu membuat sendiri pesawatnya (dari mulai desain sampai merakit), yaitu pesawat N-250, yang proyeknya terhenti karena krisis moneter. Dan, ditahun 2021 ini berhasil membuat pesawat N-219 yang beberapa bulan yang lalu sudah terbang perdana.
Lalu apa hubungannya dengan surat al-Hasyr di atas?
Wallahu'alam, ini tafsiran saya, dan mencoba menghubung-hubungkan saja,
"... hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok,.."
Ayat ini memerintahkan kita untuk memperhatikan hari esok (akhirat), di mana akhirat itu adalah akhir dari kehidupan ini. Jadi kita diperintahkan untuk memulai orientasi amal kita dari akhir.
Jadi, mari kita berpikir seperti Pak Habibie. 'Berawal dari Akhir', sebagai acuan kita menjalani hidup ini. Kalau akhir hidup kita ingin baik (husnul khotimah), maka berbuatlah sesuatu untuk menggapainya.
Kita ingin akhir hidup kita seperti apa, maka mari kita berbuat untuk mencapainya.
Dalam konteks yang lain, penjelasan konsep 'Berawal dari Akhir' itu mungkin bisa dijelaskan seperti berikut.
Di sebuah TPU (Tempat Pemakaman Umum) sedang terjadi proses pemakaman yang dihadiri oleh banyak orang, yang tentunya orang-orang itu adalah keluarga dari yang meninggal, serta sahabatnya, relasi kerja/bisnisnya, tetangganya, teman satu organisasi, dll.
Tentu saja sikap orang-orang tersebut akan sebanding dengan kesan yang mereka dapatkan selama berinteraksi dengan orang yang meninggal tersebut.