Dari ilustrasi di atas semoga tergambar apa itu adil, apa itu zalim dan apa itu ihsan.
Sekarang, bagaimana dengan kita?
Apa kita sudah berbuat ihsan? adil? Atau malah zalim?
Kita tentu bisa menilai diri kita dengan jujur. Baik posisi kita sebagai seorang karyawan, pejabat, pelajar, suami, istri, anak, orang tua, dan lain sebagainya. Bagaimana kualitas 'kerja' kita. Apakah kita telah melakukan tugas dengan ihsan, atau minimal adil?
Beristighfarlah, kalau selama ini kita melakukan pekerjaan secara zalim. Karena setiap perbuatan akan selalu ada konsekuensinya.
Seorang pegawai (swasta atau negeri) yang jam kerjanya sudah ditetapkan, misalnya dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.30. Maka, kewajibannya adalah bekerja di dalam jangka waktu itu. jadi, kalau dia datang selalu kesiangan atau pulang selalui sebelum waktunya, berarti dia sudah berlaku zalim.
Konsukuensinya dia akan mendapat sangsi dari perusahaan atau atasannya. Namun, kalau pun lolos, karena atasannya tidak tahu misalnya. Maka sangsinya tetap akan dia terima, dalam bentuk dosa berbuat zalim. Bahkan terkadang konsekuensi dari perbuatan zalimnya ini bisa saja dia terima bentuk lain.
Maksudnya?
Begini.
Seorang pegawai itu (swasta atau negeri) wajib hadir masuk kantor selama delapan jam, dari pukul 7.30 sampai pukul 16.30. Pegawai tersebut katakanlah mendapat bayaran ( gaji) sebesar 400 ribu sehari. Berarti satu jamnya dia dibayar lima puluh ribu.
Katakanlah, dia sering bolos, rata-rata setengah jam sehari. Kalau dia menerima bayaran (gaji) utuh tanpa potongan, berarti ada uang dari gajinya itu yang bukan haknya. Karena realitanya dia tidak bekerja selama setengah jam sehari. Jadi, seharusnya dia mendapat bayaran 375 ribu, ada potongan 25 ribu karena setengah jam dia tidak bekerja. sama saja hitungannya kalau si pekerja itu mendapat bayara setiap pecan setiap bulan.