"Hai .... Muhammad. Suruh maju jagoanmu!" teriak Utbah bin Rabi'ah, dengan tetap bertolak pinggang.
"Keluarkan tiga orang jagoanmu sekaligus," teriaknya lagi. "Ini adikku Syaibah ..." teriak Utbah seraya merentangkan tangan kirinya, kemudian, "Dan ini anakku Walid ...." Dia merentangkan tangan kanannya.
Syaibah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah pun maju mensejajarkan diri di kanan dan kiri Utbah bin Rabi'ah.
Dari barisan pasukan Muslim keluar tiga orang pemuda, semuanya dari golongan Anshar. Auf dan Mu'awidz, keduanya bersaudara putra dari al-Harits, dan yang ketiga Abdullah bin Rawahah. Mereka memposisikan diri di hadapan Utbah, Syaibah dan Walid.
"Heh, siapa kalian?" Utbah bertanya, memandang remeh ketiga pemuda Anshar itu.
"Kami pemuda-pemuda Madinah yang akan melindungi dan membela Rasulullah," jawab Abdullah bin Rawahah.
"Heh, Aku tidak mengenal kalian! Aku tidak ada urusan dengan orang-orang Yatsrib," hardik Utbah bin Rabi'ah. Kemudian berteriak ke arah Rasulullah , "Hai Muhammad, aku ingin orang-orang yang sebanding denganku."
"Kalian bertiga mundurlah!" Rasulullah berteriak. Ketiganya pun kemudian berbalik dan kembali ke barisan.
Rasulullah menoleh ke arah Hamzah bin Abdul Muthalib dan mengangguk saat Hamzah berpaling padanya. Paham dengan maksud Rasulullah, Hamzah pun maju dan diikuti oleh Bilal bin Rabah. Tapi Hamzah menahan dada Bilal bin Rabah untuk menghentikan langkahnya.
"Bukan kamu!" kata Hamzah bin Abdul Muthalib.
"Ubaidah," Hamzah menunjuk Ubaidah bin al-Harits, "Aku sendiri, dan Ali yang akan maju," Hamzah menoleh ke arah Rasulullah seolah meminta persetujuan. Rasulullah mengangguk tanda setuju.