Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gejolak Fitnah (4)

22 Februari 2021   06:26 Diperbarui: 22 Februari 2021   06:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar perkataan Sa'ad bin Mu'adz itu, terjadi keributan di tengah-tengah kaum Muslimin. Tiba-tiba Sa'ad bin Ubadah berkata setengah berteriak, ditujukan kepada Sa'ad bin Mu'adz, "Demi Allah, engkau tidak akan membunuhnya Sa'ad, dan tidak akan mampu untuk membunuhnya."

Sa'ad bin Ubadah adalah pimpinan dari Bani Khazraj, merasa tidak enak kalau nama baninya disebut-sebut oleh Sa'ad bin Mu'adz. Karakter Mu'adz memang keras, walau Islam telah memolesnya menjadi seorang yang sholeh, tapi kepanatikan terhadap baninya masih kuat.

Melihat Sa'ad bin Ubadah membentak Sa'ad bin Mu'adz, yang merupakan pamannya, Usaid bin Hudhair berkata tak kalah keras, "Engkau bohong, sungguh kami akan membunuhnya karena kau seorang munafik yangmemperdebatkan orang-orang munafik."

Keadaan pun semakin memanas. Antara Bani Aus dan Khazraj, hampir terjadi baku hantam. Mereka seperti ingin saling bunuh. Rasulullah SAW yang masih berada di atas mimbar kemudian menenangkan mereka, sampai akhirnya mereka pun terdiam dan suasana tenang kembali.

Setelah memberi penjelasan kepada kaum Muslimin, kegalauan masih menyelimuti Rasulullah SAW. Bagaimanapun, wahyu yang dinantikannya belum juga turun. Dan firman Allah adalah sumber kebenaran mutlak, termasuk untuk masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Upaya terakhir untuk mencari kebenaran sebelum wahyu turun, Rasulullah SAW menemui Aisyah di rumah Abu Bakar.

Sementara itu Aisyah yang berada di rumah orang tuanya belum berhenti dari tangis kesedihannya. Kesedihan yang berganda, setelah dituduh berbuat yang memalukan, sekarang suaminya pun, Rasulullah SAW bersikap dingin seolah mempercayai tuduhan itu.

Malam itu, saat Rasulullah SAW menemuinya, tangisnya semakin menjadi, seolah ingin menghabiskan stok airmatanya, sampai-sampai Abu Bakar dan istrinya mengira Aisyah telah hancur hatinya. Mereka pun terus menghibur Aisyah. Rasulullah SAW kemudian masuk menemui mereka. Setelah mengucapkan salam lantas Rasulullah SAW pun duduk di samping Aisyah, padahal selama satu bulan Rasulullah SAW tidak pernah duduk di samping Aisyah.

Setelah mengucapkan tasyahud, Rasulullah SAW bersabda, "Ammaa Ba'du, wahai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku berita begini dan begini, sungguh jika engkau terlepas dari hal itu karena tidak melakukannya, semoga Allah Ta'ala menjauhkanmu dari tuduhan itu. Tetapi, bila kamu melakukan dosa tersebut, minta ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya. Karena, seorang hamba yang mengakui dosanya kemudian bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya."

Mendengar Rasulullah SAW mengatakan itu, tangis Aisyah semakin menjadi, bertambah deras, air mata semakin banyak yang tumpah. Aisyah pun berkata kepada ayahnya, "Ya ... ayahanda, tolonglah anakmu ini, jawablah apa yang sudah dikatakan Rasulullah SAW itu."

"Aku tidak tahu, demi Allah, aku tidak akan berbicara kepada Rasulullah SAW." Abu Bakar hanya berkata singkat.

Aisyah kemudian berpaling pada ibunya. "Ya ibunda, jawablah apa yang telah dikatakan Rasulullah SAW," pinta Aisyah pada ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun