"Lalu?" tanyaku penasaran dengan ceritanya.
"Aku tadinya mau mengundurkan diri. Tapi bosku menantangku untuk menjadi penulis," lanjutnya.
"Penulis? Apa bedanya?" tanyaku lagi.
"Maksudnya menulis fiksi. Bosku menantangku untuk menulis cerita bersambung di mediaku. Kalau ceritaku nanti banyak yang 'read', ratingnya tinggi, aku akan mendapat bonus tambahan yang lebih besar dari sekedar meliput kasus."
"Oh ya? Lalu, kau sudah mulai nulis ceritanya?"
"Sudah! Sudah jalan 12 chapter. Sampai saat ini yang 'read' lumayan. Tapi aku belum puas. Aku harus menulis cerita yang betul-betul mirip dengan kenyataan."
"Ooh ... jadi itu alasan kamu sedang riset?" tanyaku. "Ngomong-ngomong kamu nulis cerita tentang apa?" Aku makin tertarik dan penasaran.
"Pembunuhan!" jawabnya singkat.
"Pembunuhan?"
"Ya. Tapi tidak seperti pembunuhan yang aku temui dalam kasus-kasus selama ini. Pembunuhan dalam ceritaku ini penuh misteri. Sampai-sampai polisi tidak bisa mengungkap kasusnya, walaupun korban sudah jatuh sembilan orang."
"Sembilan?" tanyaku kaget, "Berarti itu pembunuhan berantai?"