Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cuma Semalam

7 Januari 2021   06:40 Diperbarui: 7 Januari 2021   06:48 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via rebelsmarket.com

Kokok ayam membangunkanku. Namun, dinginnya pagi membuat tanganku menarik selimut ke atas, menutupi kepala. Kehangatannya membuat lelapku berlanjut.

Setengah jam kemudian.

Bunyi gawai membangunkanku. Awalnya kuhiraukan, mata ini serasa rapat tidak mau dibuka. Tapi suaranya yang menusuk gendang telinga dan tidak berhenti, memaksaku bangun untuk meraih benda pipih itu.

Rupanya Tedi.

"Ya," jawabku serak.

"Syukur deh, kirain lu pingsan. Cepet sini, gua di kantin biasa," teriak Tedi di seberang sana.

Kugeleng-gelengkan kepala, mengusir kantuk yang masih memberati kepalaku. Kulirik arloji yang menunjukkan pukul tujuh. Kuingat-ingat lagi. Semalam masuk kamar ini pukul 9, sekarang bangun jam 7. Perasaan tidurku pun nyenyak. Aku tersenyum sendiri.

Betul kata Tedi, aku patut bersyukur, malam tadi tidur nyenyak tanpa ada gangguan apa-apa. Berarti tantangan pertama aku lulus.

Aku memang lagi menerima tantangan dari Tedi. Tidur di rumah kakeknya yang sudah kosong sebulan.

Sejak kakeknya meninggal sebulan yang lalu, tidak ada yang mau tidur di rumah ini. Asisten tumah tangga yang dulu membantu dan menemani kakeknya Tedi, sekarang hanya datang siang hari saja. Itu pun dua hari sekali, hanya untuk bersih-bersih.

Seminggu yang lalu memang ada yang tidur. Kakaknya Tedi dan istrinya yang datang dari luar kota terpaksa tidur di rumah itu, karena di rumah Tedi sudah tidak ada kamar kosong lagi. Tapi mereka cuma tidur semalam. Esoknya pindah ke hotel.

"Lebih baik tidur di hotel, biar mahal juga. Daripada tidur diganggu hantu." Begitu jawabnya saat ditanya Tedi.

Rupanya rumah itu berhantu, makanya tidak ada yang mau tidur di rumah itu.

Saat kubilang, 'Aku gak percaya', waktu Tedi cerita tentang rumah itu padaku, dia malah nantang.

"Kuberi kau dua ratus ribu semalam, kalau berani tidur di situ."

"Oke," jawabku. "Siapkan saja uang sejuta. Aku akan tidur lima malam di sana."

"Ok, Deal!" Tedi mengulurkan tangan dan langsung kusambut.

***

Setengah jam kemudian aku sudah memasuki kantin. Kuhampiri Tedi yang sedang menikmati kopi.

"Bisa tidur nyenyak juga rupanya, Kau." Tedi senyum saat aku datang.

"Lu, liat kan. Aku aman-aman saja," kataku menepuk dada dan duduk di depannya. "Pesenin gua mie rebus dong, lapar nih."

Tedi memanggil ibu kantin, dan memesan mie rebus.

"Serius, Bro. Lu tadi malam ga ada yang ganggu?"

"Enggak, tidurku malah nyenyak sekali. Malam nanti gua pasti tidur di situ lagi."

Akhirnya mie rebus yang ditunggu datang.

Sambil menikmati mie, kubuka HP, saat buka Galery, kaget, sampai HP terjatuh.

"Ada apa, Bro?" tanya Tedi.

Aku hanya menggeleng, berusaha bersikap biasa saja. kututupi keterkejutanku dengan meraih HP yang jatuh.

Setelah mie rebus tandas.

"Sori, Ted. Kayaknya gua malam ini ga jadi tidur lagi di rumah itu."

"Lho! Kenapa emang?"

"Lupa, gua ada janji sama si Joni."

Tentu aku tidak akan cerita ke Tedi, bahwa di Galery-ku terlihat ada foto aku sedang tidur di rumah itu, jam dinding di foto itu menunjukkan jam 2 lebih 10, berarti tadi malam.

Entah siapa yang ambil foto dengan HP-ku. Yang jelas semalam di rumah itu hanya aku sendiri.

~Urip Widodo~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun