Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

#Hashtag (Hesteg)

20 Desember 2020   08:05 Diperbarui: 20 Desember 2020   08:29 2194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mau berbagi pengalaman menggunakan hesteg.

Anda sudah tahu, apa itu hesteg?

Bagi onliner, maksudnya yang suka online, istilah hesteg atau tagar dalam bahasa kita, sudah bukan istilah asing atau aneh. Apalagi mereka-mereka yang suka jualan online.

Kenapa istilah dalam bahasa kita disebut tagar?

Karena itu kependekan dari 'TAnda paGAR', karena memang yang namanya hesteg itu harus menggunakan tanda pagar (#).

Penggunaan hesteg awalnya memang hanya digunakan di Twitter. Namun kini, sudah merambah ke media sosial lainnya seperti Instagram, Facebook, Tumblr, dan lain sebagainya.

Lalu, apa sih fungsi hesteg?

Banyak sebenarnya fungsinya si hesteg ini, tapi kali ini saya menjelaskan satu saja, sesuai pengalaman yang saya alami.

Fungsi hesteg adalah untuk mengelompokkan konten. Hesteg ini bisa digunakan untuk menandai postingan kita, baik itu berupa teks, foto, video, dan lain-lain. Dengan menyertakan hesteg pada postingan kita, maka nanti semua postingan yang kita buat akan terorganisir atau akan terkelompok dengan baik.

Biasanya, hesteg ini digunakan untuk memudahkan pencarian. Pencarian terhadap konten yang sudah kita tandai dengan hesteg.

Pernah saya mosting cerpen di sebuah grup FB, dan saya tambahi hesteg #cerpen69 sebelum judul cerpen. Lalu, ada yang bertanya di komentar, "#cerpen69 itu tanda apa ya, Pak?"

Saya jawab, untuk menandai cerpen-cerpen saya.

Kenapa emang kudu ditandai?

Saya jawab, "Suatu saat nanti, saat saya ingin mengumpulkan beberapa cerpen yang posting, tinggal ketik #cerpen69 di kotak pencarian. Maka, dalam beberapa detik, cerpen-cerpen saya itu akan keluar. Walaupun, cerpen saya itu ada yang diposting setahun yang lalu."

Itulah hesteg alias tagar alias tanda pagar alias #.

Nah, sekarang saya mau berbagi pengalaman menggunakan hesteg ini.

Saat WFH di bulan Ramadhan kemarin, saya dapat tantangan dari sebuah penerbit untuk menulis artikel setiap hari dan memostingnya di FB.

Yang diminta bebas sih, mau fiksi atau non fiksi, tetapi saya memilih non-fiksi sesuai jurusan saya di kelas KMO Basic Batch 32. Saya nulis yang pendek-pendek saja, lebih ke tulisan motivasi. Maklum sedang pandemi, supaya yang baca tidak suntuk atau stress gegara lock down, tinggal di rumah terus.

Maka, menulislah saya, dan saya tambahin hesteg di tulisan-tulisan saya itu. Hestegnya #nulistiaphari

Ramadhan berakhir, sudah tidak WFH lagi, tapi situasi kantor masih santai, maka keterusan nulis tiap hari.

Tak terasa, sampai akhir bulan Syawal saya sudah nulis lebih dari 50 artikel.

Lalu, dapat materi dari Pak Cahyadi Takariawan tentang antologi, bahwa buku antologi juga bisa berupa kumpulan tulisan dari seorang penulis. Bukan hanya kumpulan tulisan dari beberapa penulis.

Ke-ide-an deh, ingin mengumpulkan tulisan saya tersebut dan menjadikannya buku antologi, plus penerbit juga menawarkan untuk menguruskan penerbitannya.

Lalu, saya kumpulkan tulisan-tulisan dengan cara, ya itu tadi, mengetik #nulistiaphari di kotak pencarian. Setelah saya klik, keluarlah ke 50 lebih tulisan saya, dari hari pertama sampai terakhir.

Terus saya copas ke Word, saya pilih yang kira-kira ga bikin malu. Terkumpullah 40 tulisan, yang menurut saya, pantas kalau dijadiin buku. Lanjut, konsultasi dengan penerbit, oke-oke saja, setuju dia.

Kemudian artikel saya kumpulkan, disusun lagi urutan temanya, diedit sendiri, dikasih judul, kontak penerbit, nego harga, kirim naskah via email, dan menunggu.

Harusnya bulan Oktober sudah terbit, tapi ternyata ada kendala di pihak penerbit, bukunya baru tiba di rumah dua hari yang lalu.

Alhamdulillah, akhirnya lahir buku dengan judul 'Menggapai Tangan Tuhan', berisi 40 tulisan motivatif yang mengingatkan kita akan keberadaan Tuhan dalam setiap masalah yang kita hadapi.

Itulah fungsi hesteg, dan cerita tentang lahirnya buku antologi saya, yang tadinya ga ada niat untuk diterbitkan.

Sampai sekarang keterusan terus, kalau menulis di FB saya selalu pakai hesteg. Itung-itung menabung tulisan. Kalau sudah banyak kan, bisa dikumpulin lagi dan dibuat buku antologi lagi.

Hesteg memudahkan kita mengumpulkan tulisan-tulisan kita.

Itu saja pengalaman saya, semoga bermanfaat.

Nb. Kalau ada yang berminat bukunya, boleh ngasih kode di komentar hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun