Untuk menghilangkan kepenasarannya, Abdullah bin Amir bin Ash kemudian mengikuti orang Anshor tersebut pulang. Dia ikuti terus sampai dia masuk ke rumahnya. Kemudian, setelah beberapa saat, Abdullah mendekati pintu rumahnya, dan mengetuk pintunya.
"Assalamu'alaikum," salam Abdullah.
"Wa'alaiku salam," jawab tuan rumah, si Anshor. Membuka pintu, lalu, "wahai gerangan engkau Abdullah, ada keperluan apakah?"
Abdullah beberapa saat tidak menjawab, tapi kemudian, "begini saudaraku, aku sedang ada masalah dengan ayahku, dan aku tidak ingin pulang ke rumah. Bolehkah aku menginap di rumahmu barang dua tiga hari?"
"Oh silahkan, tapi tentu kondisi rumahku tidak senyaman rumahmu," ujar si Anshor.
"Tidak mengapa," sahut Abdullah.
Selama tiga hari Abdullah tinggal dan memperhatikan aktivitas sehari-hari si Anshor itu. Dia ingin tahu ada amal ibadah istimewa apa yang dikerjakan si Anshor ini, sehingga Rasulullah Saw menyebutnya sebagai calon ahli surga.Â
Dan ternyata, Abdullah melihat, apa yang dilakukan si Anshor biasa-biasa saja, tidak ada ibadah yang khusus atau istimewa, yang berbeda dengan dia dan umumnya para sahabat.
Sampai kemudian, Abdullah berpamitan untuk pulang.
Tapi sebelum pulang Abdullah bertanya, ingin menyampaikan kepanasarannya.
"Ya Saudaraku, sebenarnya aku tidak punya masalah dengan ayahku."