Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidayah Memang Milik Allah

6 November 2020   10:45 Diperbarui: 6 November 2020   10:56 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terhalang lima rumah dari rumahku, tinggal satu keluarga dengan dua anak kembar. Kembar laki-laki.

Semula tidak ada yang istimewa dari dua anak kembar ini. Seperti biasa, anak kembar selalu identik, sama persis, sampai usia mereka 16 tahun, saya belum bisa membedakan, masih suka tertukar menyebut nama.

Kebetulan si kembar ini seumuran dengan anak ketiga saya, sehingga dari kecil saya tahu pertumbuhannya, eh.. penyebutan yang tepat apa ya, pertumbuhan atau perkembangan?

Dari kecil mereka diperlakukan sama oleh orang tuanya, nama pun hanya berbeda 1 huruf. Beda huruf depannya saja.

Sekolah sama, selalu sekelas dari SD sampai sekarang kelas 11. Eskulnya pun sama, volley ball waktu SMP tapi sekarang kelihatannya ganti sepakbola. Saya suka liat mereka pulang latihan.

Perlakuan di rumah tentu sama, ga mungkin orang tua mereka membeda-bedakan.

Lalu apa yang menariknya?

Nah ini.

Sejak sebulan lalu, salah satu dari si kembar itu terlihat rajin ke masjid, sholat berjamaah. Salah satu, tapi saya ga tahu, adiknya atau kakaknya. (Sudah dibilangin kan, sampai sekarang saya belum bisa membedakan mereka).

Menarik, karena biasanya mereka selalu bersama.

Dan tidak mungkin juga kalau orang tua mereka, menyuruh pergi ke masjid hanya pada salah satu anak saja. Begitu juga, guru di sekolahnya, tidak mungkin membedakan pelajaran pada mereka.

Lalu, kenapa hanya salah seorang saja yang suka ke masjid?

Hidayah!

Ya. Apalagi, selain hidayah yang bisa menuntun seseorang pada kebaikan?

Untuk kasus si kembar ini. Mereka diperlakukan sama. Karakter sama. Lingkungan yang mereka tinggali juga sama, ga ada perbedaan apapun yang mereka terima.

Selain hidayah!

Karena hidayah, hak preogratif Allah swt. untuk diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Bukan hak siapa-siapa, termasuk Rasulullah saw.

Ingin bukti?

Ingat kan kisah ketika paman nabi, yang juga ayahnya Ali, Abi Thalib meninggal?

Rasulullah sangat bersedih. Pamannya yang telah merawatnya sejak berumur 8 tahun. Pamannya yang selalu membelanya ketika Rasulullah dalam dakwahnya mendapat ancaman atau gangguan dari musyrikin quraisy. Walaupun pamannya itu tidak mau menerima dakwahnya.

Dan ini yang membuat Rasulullah bersedih. Pamannya, sampai ajalnya tiba, masih bersikukuh tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat.

Rasulullah bukan tidak pernah memintanya untuk masuk Islam, tapi pamannyalah yang tetap tidak mau meninggalkan agama nenek moyangnya.

Rasulullah terus memaksa, Abu Thalib terus menolak. Sampai ajalnya tiba.

Rasulullah saw bersedih dan sangat menyayangkannya. Tapi Allah swt kemudian berfirman untuk menegurnya,

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki."  (QS. Al-Qashash: 56)

Kembali pada si kembar.

Jelas sudah, yang membuat salah seorang dari si kembar itu rajin sholat berjamaah ke masjid adalah hidayah dari Allah swt.

Lalu pertanyaannya, bagaimana supaya mendapat hidayah dari Allah swt?

Lain kali akan dijelaskan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun