Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lupakan Sebab

22 Agustus 2020   07:49 Diperbarui: 22 Agustus 2020   07:45 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap mengawali tahun baru kita selalu berharap kehidupan ke depan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh karenanya, kita selalu membuat resolusi atau semacam 'janji diri' apa yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai keinginan kita tersebut. Terutama ketika ada keinginan-keinginan spesifik, bukan hanya sekedar keinginan hidup lebih baik.

Tidak jarang belasan poin resolusi kita buat. Puluhan janji kita tuliskan untuk melakukan beberapa hal. Walaupun kadang resolusi tinggal resolusi, janji tinggal janji. 

Perubahan yang diharapkan tetap tidak terjadi, karena memang apa yang kita tulis atau apa yang kita janjikan, tidak kita laksanakan. Kalau tidak percaya, silahkan lihat kembali resolusi yang Anda buat di awal tahun kemarin, dan lihat di akhir tahun, apakah semuanya dilakukan?

Tidak bisa dipungkiri, semua keinginan manusia bermuara pada kesuksesan atau keberuntungan. Apa pun aktivitasnya, apa pun pekerjaannya, setiap kita pasti menginginkan kesuksesan. Walaupun bentuk kesuksesan itu berbeda-beda, sesuai keinginan masing-masing. 

Ada yang merasa sukses menjadi pengusaha dengan omset milyaran, ada yang merasa sukses dengan menjadi juara pertama tingkat nasional, atau ada yang merasa sukses dengan menduduki jabatan yang diidam-idamkannya selama ini.

Sebagai seorang muslim tentu idealnya menjadikan al-Qur'an sebagai referensi dalam setiap tindakan, tak terkecuali untuk meraih kesuksesan. Manusia sebagai ciptaan Allah SWT sangat wajar kalau berpedoman pada kalam-kalam Sang Pencipta yang tertuang dalam al-Qur'an. Karena pesan-pesan yang disampaikan melalu utusan-Nya ini menjadi petunjuk teknis bagaimana manusia menjalani hidup di dunia.

Dalam meraih kesuksesan atau keberuntungan, Allah SWT sudah memberikan arahan di ayat-ayat awal al-Qur'an, yaitu di 5 ayat pertama surat al-Baqarah. Di ayat ke-5 Allah SWT berfirman,

"Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Siapakah mereka itu? Mereka itu adalah orang-orang yang bertakwa yang mempunyai 5 karakter, sebagaimana disebutkan di ayat-ayat sebelumnya.
"Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. 

(yaitu) mereka yang beriman pada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (al-Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat." (QS. Al-Baqarah: 2-4)

Sangat jelas sekali, untuk menggapai keberuntungan syaratnya adalah dengan menjadi orang yang bertakwa, dan untuk mencapai derajat takwa mau tidak mau kita harus memiliki kelima karakter yaitu: percaya pada yang gaib, melaksanakan salat, menginfakkan sebagian rezeki, percaya kepada al-Qur'an dan yakin adanya hari akhirat.

Jadi, untuk menghadapai kehidupan baru di tahun baru, tidak perlu repot-repot membuat resolusi. Cukup bertekad meraih kelima ciri orang yang bertakwa, maka cukup itu sebagai modal menggapai keberuntungan atau kesuksesan di tahun baru.

Percaya pada yang gaib

Dari keenam rukun iman, 5 rukun bersifat gaib bagi kita, termasuk Rasulullah Muhammad SAW. Karena kita tidak pernah dan tidak akan bertemu beliau. 1 rukun lagi, percaya kepada kitab-Nya, itu pun hanya al-Qur'an yang tidak gaib, tetapi 3 kitab lainnya: zabur, taurat dan injil tetap gaib bagi kita.

Selain itu, percaya pada yang gaib merupakan isyarat bahwa tidak semua hal harus dipahami secara rasional atau masuk akal. Ada hal-hal tertentu dalam syariat Islam yang berada di wilayah iman dan tidak di wilayah akal.

Melaksanakan salat

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi...." (HR. Tirmidzi no. 413 dan An-Nasa'i no. 466).
Hadits di atas sangat jelas menunjukkan pentingnya salat di atas amal-amal shalih yang lain. Sehingga ini harus menjadi perhatian kita. Perbaiki kualitas salat dan tingkatkan kuantitas salat, maka kita akan menggapai keberuntungan.

Kuantitas salat kita tingkatkan, kita tambah. Dulu, ketika masih SD kita melaksanakan salat hanya sebatas yang diwajibkan, yaitu salat subuh, duhur, asar, magrib dan isya. Sekarang, kita sudah memiliki anak usia SD, apakah masih tetap hanya melaksanakan salat wajib saja? 

Padahal Allah SWT memberi peluang kepada kita untuk menambah kuantitas salat dengan melaksanakan salat sunah, seperti salat duha, salat tahajud, salat rawatib, dan lain-lain. tetapi, kembali kepada kita. Ingin se kualitas apa takwa kita, maka sebanyak salat yang kita lakukan.

Menginfakkan sebagian dari rezeki

Infak ada dua jenis. Infak wajib dan infaq sunah. Infak wajib dikenal dengan istilah zakat. Ada zakat fitrah, zakat perniagaan, zakat pertanian, zakat profesi, dan lain-lain. Sementara infak sunah bisa berupa sedekah, wakaf, santunan dan lain-lain. 

Perbedaannya, infaq sunah tidak ada syarat batasan nilai (nishob) dan tidak ada batasan waktu (haul). Infaq sunah bisa berapa pun sesuai kesanggupan kita. Intinya, dari setiap rezeki yang kita terima ada porsi untuk orang-orang yang harus kita bantu.

Percaya kepada al-Qur'an dan kitab-kitab Allah yang lain

Percaya kepada al-Qur'an tentu bukan hanya percaya bahwa memang al-Qur'an itu firman Allah SWT. Namun, tentu harus disertai dengan tindakan, yaitu dimulai dengan membacanya, memahami terjemahnya, menghafalkannya, membaca tafsirnya dan puncaknya adalah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Yakin akan adanya hari akhir

Saat muncul keyakinan adanya hari akhir, maka akan muncul kesadaran bahwa hidup di dunia hanya sementara, hidup di dunia bagai sebuah perjalanan. Ibarat kita melakukan perjalanan jauh menggunakan kapal pesiar yang mewah. 

Senyaman apa pun keadaan di dalam kapal pesiar, tentu kita tidak berkeinginan tinggal selamanya di sana. Fokus kita akan tetap pada tujuan perjalanan. Kita akan menjaga sikap supaya ketika sampai di tujuan tetap dalam kondisi sehat.

Begitupun hidup, kemewahan yang dirasakan sekarang jangan sampai membuat kita terlena, sehingga melupakan tujuan yang sebenarnya.

Keinginan kita untuk meraih keberuntungan atau kesuksesan sudah Allah SWT berikan kisi-kisinya, yaitu menjadi orang yang bertakwa dengan memiliki 5 karakter di atas. Sukses adalah akibat, penyebabnya adalah 5 karakter pembentuk takwa. 

Segala sesuatu terjadi karena ada sebab. Ketika sebab tersebut telah hilang, maka rusak atau lenyaplah ia. Maka perhatikan, penuhi dan peliharalah sebab-sebab yang mengantarkan dirimu kepada kesuksesan.


Resolusi kita di tahun 1442 ini adalah semaksimal mungkin meraih 5 karakter orang yang bertakwa.


Wallahu'alam.

TSM, 22/08/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun