Jadi, untuk menghadapai kehidupan baru di tahun baru, tidak perlu repot-repot membuat resolusi. Cukup bertekad meraih kelima ciri orang yang bertakwa, maka cukup itu sebagai modal menggapai keberuntungan atau kesuksesan di tahun baru.
Percaya pada yang gaib
Dari keenam rukun iman, 5 rukun bersifat gaib bagi kita, termasuk Rasulullah Muhammad SAW. Karena kita tidak pernah dan tidak akan bertemu beliau. 1 rukun lagi, percaya kepada kitab-Nya, itu pun hanya al-Qur'an yang tidak gaib, tetapi 3 kitab lainnya: zabur, taurat dan injil tetap gaib bagi kita.
Selain itu, percaya pada yang gaib merupakan isyarat bahwa tidak semua hal harus dipahami secara rasional atau masuk akal. Ada hal-hal tertentu dalam syariat Islam yang berada di wilayah iman dan tidak di wilayah akal.
Melaksanakan salat
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi...." (HR. Tirmidzi no. 413 dan An-Nasa'i no. 466).
Hadits di atas sangat jelas menunjukkan pentingnya salat di atas amal-amal shalih yang lain. Sehingga ini harus menjadi perhatian kita. Perbaiki kualitas salat dan tingkatkan kuantitas salat, maka kita akan menggapai keberuntungan.
Kuantitas salat kita tingkatkan, kita tambah. Dulu, ketika masih SD kita melaksanakan salat hanya sebatas yang diwajibkan, yaitu salat subuh, duhur, asar, magrib dan isya. Sekarang, kita sudah memiliki anak usia SD, apakah masih tetap hanya melaksanakan salat wajib saja?Â
Padahal Allah SWT memberi peluang kepada kita untuk menambah kuantitas salat dengan melaksanakan salat sunah, seperti salat duha, salat tahajud, salat rawatib, dan lain-lain. tetapi, kembali kepada kita. Ingin se kualitas apa takwa kita, maka sebanyak salat yang kita lakukan.
Menginfakkan sebagian dari rezeki
Infak ada dua jenis. Infak wajib dan infaq sunah. Infak wajib dikenal dengan istilah zakat. Ada zakat fitrah, zakat perniagaan, zakat pertanian, zakat profesi, dan lain-lain. Sementara infak sunah bisa berupa sedekah, wakaf, santunan dan lain-lain.Â
Perbedaannya, infaq sunah tidak ada syarat batasan nilai (nishob) dan tidak ada batasan waktu (haul). Infaq sunah bisa berapa pun sesuai kesanggupan kita. Intinya, dari setiap rezeki yang kita terima ada porsi untuk orang-orang yang harus kita bantu.