Mohon tunggu...
Urip Sumohadi
Urip Sumohadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semoga Cerita Money Politik Juliari Batubara Ini Tidak Benar

28 November 2016   15:53 Diperbarui: 28 November 2016   16:18 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sehabis Jumatan pada minggu lalu aku berbincang dengan beberapa teman yang kebetulan bertemu di warung dekat kantor. Salah satu diantara teman ada yang bersama seorang kader partai.

Isi perbincangannya bikin saya geleng-geleng kepala…

Kami membincangkan soal pilkada di Jawa Tengah. Lebih banyak mengarah ke pemilihan bupati Jepara dan Salatiga.

Kemudian melebar ke money politik yang diprediksi akan tetap terjadi. Alasannya pada pilkada tahun 2015 ternyata luar biasa banyak tebaran uangnya.

Nah, temannya teman saya yang orang partai itu (dia mengenalkan diri sebagai Pak Sis, tidak tahu lengkapnya) ternyata pernah menjadi tim sukses salah satu calon anggota DPR RI Juliari Batubara dari partai PDIP.

Saya geleng-geleng kepala mendengarkan ceritanya soal money politik yang dilakukan saat pemilihan anggota Dewan itu dulu pada tahun 2014. 

Kata Pak Sis, Juliari itu menang pemilihan dan sekarang menjadi anggota DPR. Dia mendapat suara sekitar 128 ribu. Kalau tidak salah rinciannya dari Salatiga dapat 9000an, Kota Semarang 40 ribuan, Kabupaten Semarang 50 ribuan, dan Kendal 20 ribuan.

Suara-suara itu menurut dia sebagian besar ya dari money politik itu. Juliari membeli suara, bekerja sama dengan dua pihak. Pertama para calon anggota DPRD kabupaten/kota dan calon anggota DPRD provinsi.

Istilahnya tandem…

Pihak kedua adalah memanfaatkan para perangkat desa atau kelurahan.

Untuk tandem, mereka membeli suara satuannya 50 ribu rupiyah. Juliari menyumbang 15 ribu, sisanya dibagi para tandem.

Juliari mengincar tandem para calon yang potensi jadi semua…

Nah untuk keperluan beli suara itu rata-rata para calon tandem mendapat jatah masing-masing 100 juta rupiyah per orang. Kalau dihitung kasar, dari 100 juta untuk beli per suara 50 ribu rupiah (dengan Juliari 15 ribu dan sisanya uangnya tandem baik DPRD kab/kota dan provinsi) maka berarti masing-masing tandem dibebani sekitar 6000-an suara.

Masih ada tambahan Uang operasional untuk distribusi setiap tandem 5 juta rupyah.

Untuk jalur perangkat desa/kelurahan biasanya untuk membeli suara sekitar 25 ribuan rupiah. Yang ini semuanya uang dari juliari.

Makanya tidak heran ketika ada di daerah Mangkang, Panwaslu menemukan alat peraga kampanye berupa kartu asuransi bergambar Juliari Batubara yang disebarkan oknum PPS Mangkang Kulon kecamatan Tugu.

Panwaslu sempat memproses kasus ini karena menduga melibatkan oknum lurah dan perangkat kelurahan lain.

aku ingat banget posko Juliari dulu ada di Jalan Pamularsih Semarang karena sering ku lewati ketika berangkat dan pulang kerja…

Yang aku tidak tahu ternyata di posko itu ada ruangan khusus untuk menyimpan uang yang akan disebarkan kepada para calon pemilihnya di desad-desa.

Di Posko ini ada 8 unit avanza berwarna silver yang digunakan untuk operasional tim. Semua avanza ini berplat nomor F. Kalau juliari sendiri ketika di Semarang menggunakan mobil Toyota Landcruiser warna hijau gelap.

Ceritanya Pak Sis, pada H-3 sebelum pencoblosan itu Juliari datang ke Semarang membawa dua koper besar berisi uang pecahan 100 ribu.

Ralat… uang bukan di bawa Juliari, tapi oleh orang-orangnya kepercayaannya lewat jalur darat sedangkan juliari naik pesawat.

Di Posko itu, uang itu dikawal 2 aparat bersenjata dan satu orang kepercayaan juliari. Sejak H-3 hingga H-1 atau malam sebelum coblosan, uang didistribusikan secara bergelombang. Uang diberikan pada koordinator wilayah dan para tandem.

Nanti mereka yang memecah duit menjadi 20 ribu dan lima ribu sebelum didistribusi.

Posko di Pamularsih ini kata Pak Sis disewa 200 juta untuk setahun. Kepala koordinatornya adalah wartawan tv swasta bernama Kukuh. Dia sekaligus coordinator wilayah Kota Semarang. 

Tapi Kukuh sendiri sering tidak jelas kerjanya sehingga sering menimbulkan ppersoalan /kisruh karena miskoordinasi antara juliari dan kukuh yang dampaknya menyengsarakan timses.

Misalnya ketika penyelenggaraan temu warga. Ketika Juliari sudah acc, Kukuh mengaku tidak diberi uang… akhirnya timses yang nombok dulu dan akhirnya tidak diganti…

Pada H-1 pencoblosan, Pak Sis dan teman-temannya sesame timses dikumpulkan oleh juliari di Hotel Novotel.

Kalau tidak salah ada sekitar 50 sampai 60 orang waktu itu.

Kenapa di Novotel, karena juliari dulu paling sering menginap di hotel itu. Juga karena salah satu petinggi hotelnya temannya juliari.

Pak Sis tahu karena petinggi itu ikut rapat pada H-1 itu dan dikenalkan pada orang-orang timses sebagai temannya juliari.

Saya tertawa-tawa ketika Pak Sis cerita tentang pertemuan itu karena nampaknya jengkel sekali. Kata Pak Sis, pada pertemuan itu juliari menjanjikan bahwa kalau dirinya menang dan jadi anggota DPR RI, maka seluruh anggota timses akan diberangkatkan piknik ke Bali.

Tapi janji tinggal janji…

Jangankan berangkat piknik ke Bali, bahkan dengan anggota tim ses saja sekarang malah seperti tidak kenal lagi.

Para perangkat desa dan kelurahan yang dulu membantu juga tidak dianggap…

Ketika kades berangkat ke Jakarta dalam kaitan memperjuangkan UU Desa, juliari yang tadinya ngomong akan memfasilitasi ternyata tidak bersikap sama sekali.

Banyak yang kecewa karena dulu banyak mengeluarkan uang untuk juliari. Mereka banyak yang pada masa kampanye mengumpulkan massa/bikin acara ternyata juliari tidak datang.

Padahal awalnya sudah sepakat datang. Uang yang keluar juga tidak diganti. Ada salah satu teman yang sudah mengeluarkan uang 12 juta rupiah untuk nalangi kampanye juliari.

Tapi ternyata uang itu tidak diganti. Sampai nangis-nangis katanya…

Sepanjang pak Sis cerita saya lebih banyak diam dan menanggapi sedikit-sedikit saja. Saya tulis dan ceritakan di kompasiana ini dengan apa adanya tanpa ditambah dan kurangi fakta-faktanya.

Saya yakin diantara pembaca juga punya cerita tentang pemilihan anggota dewan di daerahnya masing-masing.

Meski demikian dalam hati kecil saya berharap… semoga ini salah… Semoga cerita tentang money politik juliari ini tidak benar.

Tapi kalau benar, yaa… sepertinya kita harus berdoa lebih kencang untuk Indonesia…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun