Sup ular dianggap sebagai hidangan berstatus tinggi karena bahannya yang beragam macam dan persiapannya yang rumit. Sup ular ini menjadi simbol kekayaan, keberanian, dan kehormatan. Semangkuk sup kelelawar misalnya dianggap sebagai pembawa keberuntungan bagi siapa pun yang mengonsumsinya.
Ahli ekonomi dan politik China Hu Xingdou menjelaskan kecintaan orang China pada satwa liar sudah mengakar secara budaya, ekonomi, dan politik. Bila negeri Barat menghargai kebebasan dan hak asasi manusia lainnya, orang-orang China memandang makanan sebagai kebutuhan utama mereka karena kelaparan adalah ancaman besar dan bagian yang tak terlupakan dari ingatan nasional.Â
Penduduk China yang menurut CIA World Factbook 2004 kini sekitar 1,4 Miliar lebih akan membutuhkan sumber pangan yang sangat banyak, maka mengonsumsi berbagai jenis makanan yang tidak lazim menjadi sebuah alternatif untuk dapat bertahan hidup (survive).
Filsafat hidup inilah yang terus berkembang dan menjadi tradisi dalam hal mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan liar dan ekstrem yang langsung berasal dari alam (hewan liar) sebagai bentuk kebersamaan, kesuksesan, dan kejayaan. Selain di Wuhan, pasar hewan liar hidup juga terdapat di beberapa area lain seperti Guangzhou dan Shandong.
Analisis terbaru para ilmuwan China menunjukkan virus ini ditularkan dari kelelawar ke ular kemudian ke manusia. Sup kelelawar dilaporkan sebagai hidangan yang tak biasa, tapi populer di Wuhan, lokasi epidemi virus corona. Dalam sebuah pernyataan, para peneliti mengatakan: "Host (inang) alami corona virus Wuhan bisa jadi kelelawar, Â tetapi antara kelelawar dan manusia mungkin ada perantara yang tidak diketahui.Â
Ular dan kelelawar dianggap jadi biang kerok penyebar virus corona di China. Penyebaran ini diduga disebabkan karena banyak warga China yang mengonsumsi sup kelelawar. Di China, kelelawar dan ular menjadi bahan makanan tradisional bagi orang-orang yang tinggal di negara tersebut.
Di Indonesia, pasar-pasar yang menjual hewan-hewan liar untuk dikonsumsi antara lain terdapat di pasar Tomohon Sulawesi Utara. Hewan-hewan yang dijual meliputi anjing, kucing, musang, tikus, ular, kelelawar, dan lain-lain.
Pesan
Pelajaran dan pesan moral yang dapat diambil dari kasus penyebaran virus corona adalah peringatan agar manusia mengambil jarak dengan makanan, jangan didikte oleh makanan. Makanan akan menjadi sumber penyakit bila didapat dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah agama. Dalam keyakinan Islam, aturan mengonsumsi barang-barang atau hewan-hewan yang tidak diperbolehkan (dilarang) oleh agama disebut disebut haram, sedangkan makanan yang diperbolehkan dikatakan halal.Â
Konsep halalan thoyiban 'halal dan baik' menjadi acuan bagi orang Islam dalam mengonsumsi makanan, sehingga tidak semua jenis hewan atau tumbuhan yang tersedia di alam dapat dikonsumsi. Karena agama bersumber dari Tuhan yang maha mengetahui, maka umat Islam akan tunduk dan patuh pada perintah tersebut karena meyakini ada akibat buruk bila dikonsumsi. Aspek keimanan mengatasi aspek logika manusia sebagai mahluk ciptan-Nya, keyakinan akan haqnya perintah Allah dan perilaku yang dicontohkan oleh rasul-Nya (Muhammad) menjadi dasar bersikap dan bertingkah laku, terutama dalam hal mengonsumsi makanan.
Agama Islam mengharamkan mengonsumsi kelelawar, babi, kucing, anjing, ular dan sejenisnya karena berasal dari hewan yang buruk atau di dalamnya mengandung hal yang buruk bagi manusia bila dikonsumsi. Allah berfirman dalam Surat Al A'raf: 31 yang artinya, "Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan." Â