Mohon tunggu...
Urfa Murofi
Urfa Murofi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Halo saya Urfa Murofi, saya seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Saya menyukai hal-hal baru, saya senang bersosialisasi dengan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Kampus Mengajar 3 di SDN Cigereleng: Melestarikan Budaya itu Asik

6 November 2022   22:23 Diperbarui: 6 November 2022   23:12 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya Urfa Murofi mahasiswi pendidikan bahasa Arab FPBS Universitas pendidikan Indonesia, saya akan menceritakan pengalaman saya saat mengajar di SDN Cigerleng. 

Kampus mengajar merupakan ruang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan suatu keahlian & ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam membantu siswa di sekolah dasar dan sasaran Program Kampus Mengajar Angkatan 3 Tahun 2022 ini adalah sekolah dasar yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan).

Dokpri
Dokpri

Melalui Program Kampus Mengajar ini, mahasiswa memiliki kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam membantu kegiatan belajar, membantu adaptasi teknologi, dan membantu administrasi sekolah.

Dokpri
Dokpri

Adapun program lainnya yang saya dan kelompok laksanakan sebagai bentuk pengabdian terhadap kampus mengajar dan juga SDN Cigereleng : Aksiku (Adaptasi siswa menuju literasi numerasi), KREASI (Kreativitas siswa), lowismart (Local wisdom smart), pramuka, sematren (Semarak pesantren kilat modern), New Go Green (Kegiatan penanaman dan penghijauan kembali tanaman yang ada di sekolah), Paturay Tineung

Di era gempuran arus globalisasi dan kemajuan teknologi berdampak pada krisis budaya, ditambah adanya Covid-19 membuat siswa harus belajar secara daring di rumah. Sehingga siswa diharuskan belajar dengan teknologi, namun sisi negatifnya siswa bebas mengakses aplikasi apa saja seperti Tiktok yang berdampak amnesia budaya dikarenakan konten konten yang membuat muda-mudi Indonesia lebih gandrung budaya asing.

 Krisis budaya ini bisa ditangani dengan pendidikan, oleh karena itu saya dan kelompok selain fokus terhadap program peningkatan literasi numerasi, fokus juga dalam pelestarian budaya setempat. Dengan memperkenalkan permainan permainan tradisional dan mengenalkan pelaksanaan Upacara Adat sunda "Mapag panganten" yang dimana diterapkannya pada pelaksanaan acara perpisahan kls 6 atau kenaikan kelas. Sebelumnya sudah ada di SDN Cigereleng namun sudah 3 tahun tidak ada lagi dikarenakan Covid-19 dan karena guru guru yang memperkenalkan upacara adat sunda itu sudah berumur oleh karena itu sudah menjadi tugas kami melestarikan kembali budaya tersebut kepada siswa yang belum pernah mengenal.

Upacara Adat Sunda itu sendiri terdiri dari pembawa tandu, pembawa bendera, penari, pengantin, abah dan ambu. Kami memilih kls 3-6 untuk menjadi peran yang ada di upacara adat sunda itu sendiri dengan mempersiapkan itu semua selama dua bulan lebih dengan latihan setiap harinya. Untuk pembawa tandu ini 1 orang, pembawa bendera 4, penari 4, abah  1 ambu 1. untuk pengantinnya ini kami memilih kls 6. Teknisnya itu mengantar kls 6 ke panggung yang akan tampil membawakan lagu perpisahan.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Tentunya tidak mudah menerapkannya, karena siswa yang mengenal upacara ini sebelumnya sudah lulus sekolah dasar jadi kami mengenalkannya kepada siswa dari 0. Namun mereka tidak mengeluh, mereka sangat menikmati proses itu. Mereka sangat terlihat bahagia dan antusias meskipun berlatih setiap hari setelah sepulang sekolah. 

Dokpri
Dokpri

"Ibu sekarang latihan? Sekarang latihankan? Ibu hari minggu dipake untuk latihan lagi aja" ujar siswa siswi SDN Cigereleng

Latihan selama dua bulan lebih itu membuahkan hasil setelah upacara adat sunda itu dilaksanakan pada perpisahan kls 6 "Paturay Tineung", kami mendapatkan apresiasi dari kepala desa, warga, kepala sekolah dan guru guru karena berhasil membantu melestarikan budaya yang sudah lama tidak dilaksanakan di SDN Cigereleng. 

Dokpri
Dokpri

"Kontribusi kalian pada SDN Cigereleng ini sangat membantu selain administrasi, peningkatan literasi dan numerasi, kalian juga membantu melestarikan budaya yang sudah tidak dilaksanakan di SDN cigereleng. Usaha kalian mengenalkan kembali upacara adat sunda akan diteruskan turun temurun oleh siswa yang kalian ajari kepada adik kelasnya" ujar ibu Imas Tuti selaku kepala sekolah SDN Cigereleng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun