Pagi itu, aku, Luthfi, kembali panik karena lupa membawa buku Bahasa Indonesia. Di depan pintu kelas, Putin menatapku dengan tatapan heran. "Lagi-lagi lupa, Luthfi? Kamu ini gimana sih?" katanya sambil menggeleng.
Aku hanya meringis, mencoba mencari alasan yang masuk akal. Fajri, yang sedang membaca buku di meja, mendengar percakapan kami. "Tugas PR juga kan hari ini? Kamu bawa, kan?" tanyanya dengan nada curiga.
Hatiku langsung mencelos. Aku baru ingat kalau PR Bahasa Indonesia itu belum aku kerjakan. "Astaga, gimana ini?!" gumamku sambil memegangi kepala.
Apip, teman sebangkuku, langsung mendekat dan menepuk pundakku. "Sudah kuduga. Kamu pasti lupa lagi," ucapnya, meskipun nada suaranya tidak terdengar mengejek.
Saat bel berbunyi, Bu Nana masuk ke kelas dengan membawa tumpukan kertas. "Selamat pagi, anak-anak. Hari ini, kita akan memeriksa tugas PR yang saya berikan minggu lalu," katanya dengan nada tegas.
Aku menunduk, merasa semua tatapan teman-temanku tertuju padaku. Putin melirikku dengan ekspresi khawatir. "Kamu harus ngomong jujur ke Bu Nana," bisiknya pelan.
Ketika namaku dipanggil, langkahku terasa berat menuju meja Bu Nana. "Luthfi, mana tugasmu?" tanya beliau, sambil memandangku dengan mata yang tajam. Dengan suara pelan, aku menjawab, "Maaf, Bu. Saya lupa mengerjakannya."
Suasana kelas menjadi sunyi. Bu Nana menarik napas panjang sebelum memberikan nasihat. "Luthfi, kebiasaan lupa ini harus segera kamu perbaiki. Kalau tidak, kamu akan kesulitan di masa depan," katanya tegas.
Setelah pelajaran selesai, aku duduk termenung di bangku. Putin, Apip, dan Fajri segera menghampiriku. "Kita harus cari cara biar kamu nggak lupa lagi," ujar Putin dengan semangat.
Fajri menyarankan untuk membuat jadwal harian. "Kamu bisa tulis semua tugas di buku catatan khusus," katanya sambil menyerahkan buku kecil berwarna biru. Apip menambahkan, "Kalau perlu, pasang alarm juga di HP-mu."
Aku merasa terharu dengan perhatian mereka. "Terima kasih, ya. Aku akan coba," jawabku dengan suara pelan. Dalam hati, aku berjanji untuk lebih serius memperbaiki diriku.