Sahabatku bertanya padaku apakah saya mengalami kesulitan didalam adaptasi dengan kehidupan anak2 ku sekarang ? Aku tidak menjawab malah aku balik bertanya : " Memang kenapa sosialisasimu dengan anak2mu ?"
Dia tersenyum kecut : " Aku merasa sangat kesulitan bersosialisasi dengan anak cucuku , entah salahnya dimana yang jelas aku ibu merangkap neneknya selalu harus mengalah ".
" Coba beri contoh " tanyaku kepada sahabatku itu.
 "Aku beberapa kali ikut bergabung dengan kegiatan anak2 dan cucuku , rekreasi keluar kota. Sepanjang perjalanan banyak hal yang tidak sama seleranya dengan mereka. Seperti cara stir mobil yang ngebut lebih dari 100 km/jam , yang biasanya dulu kalo dengan suami paling tinggi 80 km/jam.  Kemudian selera memilih makanan tidak sama , mereka seneng makanan berlemak, atau fast food , sementara aku seneng pecel  daun2nan...dll. jadi dalam kasus ini aku mangalah.. Dikamar hotel juga berdebat  tentang AC . Aku ga kuat dingin , anak cucuku harus dingin.....
Setiap melangkah selalu ada perdebatan pendapat. Ini adalah kenyataannya. Mungkin hal ini  karena perbedaan usia dan perbedaan jaman ketika dibesarkan ". Demikian sahabatku menjelaskan.
Saya cuma tersenyum mendengarnya. Sebenarnya tidak jauh berbeda denganku. Saya pun demikian, relatif sama. Hanya bedanya saya tidak pernah memperdulikan hal perbedaan2 ini.Â
Saya mengalah dan jalani saja enyoy. Dari rumah sebelum berangkat mentalku sudah kusiapkan untuk banyak tidak cocok dengan seleraku. Â Pasti banyak adu argumen.Â
Aku siapkan mentalku. Dan ketika kenyataannya terjadi saya tidak merasa suprise , dan saya siap  untuk mengalah.  Begitu seterusnya.  Tujuan pergi gabung  ini hanya untuk kebersamaan saja , agar hubungan saya dengan anak cucu adaÂ
linknya.
Pada saat lain saya bisa pergi sendirian untuk memenuhi seleraku , apakah itu jalan2 di Mall atau pergi dengan teman cari makanan kesukaan waktu muda, atau pergi ke salon untuk creambath....banyak lagi untuk memanjakan diri dengan me time.
Perbedaan2 selera dengan anak cucu itu adalah hal yang wajar , tidak perlu diperdebatkan , itu hukum alam, kita saling memaklumi dan menghormati saja. Semua mengalami situasi seperti itu.
Saya punya pengalaman lucu , suatu hari saya diajak makan siang oleh anak2 cucuku. Walau agak malas saya pergi juga , karena pergi bersama anak itu jarang sekali kulakukan. Setelah makan anak2 mengajak window shopping baju2 masa kini , sayatidak  berselera disamping untuk berjalan kaki terasa sakit.Â
Tapi tidak berani ngomong.Mereka berjalan menuju toko pakaian , saya berjalan paling belakang. Tiba2 ada kerumunan  orang , dan saya lihat ternyata sedang nonton barongsay , saya sangat tertarik, ingat masa kecil kalo imlek ada barongsay keliling kota, saya sudah nongkrong dijalanan menunggu barongsay lewat.
Saat itu saya menyelinap kedalam kerumunan duduk nonton barongsay. Rasanya hati ini gembira , ingat masa kecil , ingat kedua orang tua yang selalu mencariku  saat saya nonton barongsay dijalan besar.
Dan saat itupun demikian , tiba2 ada suara anakku dari belakang : " Ya Allah ini mamah ada disini malah lagi nonton barongsay....walahhhhh!!!
Tapi karena anak2 melihat wajahku gembira ceria , mereka tidak jadi menggerutu....rupanya mamah malah menikmati lihat barongsay ya.......
ya begitulah yang terjadi , generasi dulu paling mudah mencari kebahagiaan , tidak perlu mahal2 dan jauh2.
Begitulah...jangan saling memaksakan kehendak antar generasi. Pelajari dan maklumi saja. Berjalanlah bersama sama bergandeng tangan walau banyak perbedaan. Tidak susah kan ? Mumpung masih ada di dunia yang sama dan masih  bisa diajak bersama sama , bila salah satu sudah ada di dunia sana , hanya penyesalan yang terjadi. Tul Kan ? hiks..hiks..Penyesalan tiada gunanya.
Sekian .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H