Setumpuk data laporan sudah masuk ke komunitas Ahad Berbagi. Data mengenai saudara-saudara fakir miskin dan dhuafa yang harus dikunjungi, lengkap dengan kisah-kisah mereka yang membuat kami semakin bersyukur dengan apa yang sudah kami miliki. Satu persatu data itu kami sortir, lalu akan dicek oleh tim survay dan selanjutnya dibuatkan agenda kegiatannya. Dan untuk minggu ini, kami beruntung bisa bersilaturahmi dengan empat keluarga di desa Kroya, kabupaten Cilacap, membawakan tanda cinta titipan Tuhan berupa 1 dus paket sembako untuk masing-masing keluarga tersebut. Namanya Mbah Lanem. Beliau adalah seorang nenek yang hidup berdua dengan anak perempuannya. Di usianya yang sudah senja, Mbah Lanem masih bekerja keras memeras keringatnya dengan mengumpulkan kapuk dari pohon randu dan membuat tali dari sabut kelapa untuk dijual kepada pengepul pembuat kesed. Harga 1 gulung tali sabut kelapa tak lebih dari dua ribu rupiah. Dan dalam 1 hari, ia hanya mampu membuat 1 gulung tali saja. Bisa kita hitung berapa rupiah yang bisa ia hasilkan dalam 1 bulan dari tangan rentanya itu. Tak hanya itu, anak perempuan Mbah Lanem mengalami kondisi kejiwaan yang kurang sehat sehingga Mbah Lanem lah yang harus menjadi tulang punggung di keluarganya itu. Tepat di depan rumah Mbah Lanem, kami berkunjung ke rumah Ibu Parto. Beliau adalah seorang janda yang sudah tidak berpenghasilan. Kesehariannya, Ibu Parto dinafkahi oleh seorang anaknya yang bekerja menjadi tukang becak. Nampak depan, rumah mereka masih terlihat bagus dan berdiri tegak dengan tembok bata dan lantai semen. Namun mereka pernah mengalami musibah kebakaran yang menghabiskan bagian dalam rumahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H