Mohon tunggu...
Uphiy Al Fathiin
Uphiy Al Fathiin Mohon Tunggu... -

Sedang belajar menulis dan berproses menjadi penulis yg baik. Kritik dan saran yg membangun sangat dibutuhkan😊

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cintaku Teman Sebangkuku

18 Februari 2018   20:59 Diperbarui: 18 Februari 2018   21:01 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Braakkk. Tak sengaja aku menyenggol album kenangan SMAku dan terjatuh ketika aku sedang membersihkan rak buku. Aku terhenti dari aktifitas bersih -- bersihku. Aku buka halaman demi halaman. 

Aku tersenyum melihat potret teman -- teman sekelasku berpose rapi di depan sekolah. Aku buka halam berikutnya. Tanganku terhenti oleh potret seseorang yang pernah membuatku semangat jalani hari selama di sekolah. Mengundang rindu itu datang lagi. Ah, kamu, mengapa aku harus duduk sebangku dengan orang sekeren kamu. Batinku merindunya. Aku tutup buku album itu dan aku kembalikan ke posisi semula.  

Kulanjutkan aktifitas bersih -- bersihku. Lamunanku terbang ke masa itu. Masa dimana aku dan dia duduk bersebelahan. Dan tanpa aku harapkan, seiring berjalannya waktu, aku mulai melukis wajahnya dalam hatiku.

Tiga tahun lalu.

"Kak Dina! Bangun, kak. Bukannya sekarang kakak masuk sekolah, ya? Udah jam setengah tujuh, nih", kata adik perempuanku membangunkanku.

"My God!", aku terperanjat bangun dari tempat tidur. Kulihat jam dinding jarumnya menunjukkan pukul 06.22. Aku segera meraih handuk dan berlari menuju kamar mandi. Mandi, dandan, dan lain sebagainya aku lakukan dengan cepat. Pukul 06.45 aku pamitan pada ibu di dapur lalu bergegas berangkat ke sekolah.

Aku menarik napas lega, akhirnya aku sampai di sekolah tanpa terlambat. Aku parkir sepedaku lalu aku menuju kelas baruku. Sekarang aku duduk di kelas XI SMA. Aku memasuki kelas. Pandanganku menyapu seisi ruang kelas mencari tempat duduk yang paling pewe. Dan sayangnya, hanya tertinggal satu kursi yang belum ada penghuninya. Kursi paling depan dekat pintu. Aku menghembuskan napas lesu. Kenapa harus kursi depan sendiri, batinku menggerutu.

Tak lama kemudian, kedua sahabatku menyerbuku. Menanyaiku dengan seabrek pertanyaan ini itu dan mengejekku karena mendapatkan kursi paling depan. Aku tak menimpali ejekan mereka. Mataku melirik sebuah tas di kursi sebelahku. Bel masuk pun berdering. Seorang anak laki -- laki berjalan tegas lalu duduk di sebelahku. Parfum khas cowok tercium oleh hidungku. Aku hanya sempat meliriknya sesaat sebelum guru jam pertamaku memasuki kelas.

Selama jam pertama berlangsung, kami hanya saling diam. Aku enggan untuk memulai percakapan, karena kulihat dia tipe cowok yang serius. Bel jam kedua pun berbunyi. Ibu guru meninggalkan ruang kelas. Seketika ruang kelas ramai dengan percakapan teman -- teman. Aku hanya coret -- coret di buku kosongku.

"Hai, aku Andi. Kamu?", katanya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya padaku.

"Eh, iya. Aku Dina", jawabku kelabakan menerima uluran tangannya. Kupikir dia tak akan bicara hingga nanti ajaran baru lagi. Kami pun mengobrol ringan hingga bel kembali berbunyi waktunya istirahat. Ternyata aku salah, dia tak sependiam dan secuek itu. Dia orang yang asik untuk diajak ngobrol. Itu kesimpulanku untuk hari pertama bersamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun