“Akal lah yang menjaga rumahmu”. Jawabku sambil menunjuk ke arah kepalanya.
“Bagaimana jika kau dapat mengelabui penjagaku?”. Tanyanya.
“Untuk apa aku mengelabui akalmu, jika aku benar-benar tidak mempunyai maksud jahat dirumahmu?”.
“Bisa saja awalanya kau tidak mempunyai maksud jahat, tapi setelah dirumahku niat jahat itu muncul. Bagaimana jika begitu upe?”.
“Jangan khawatir Zahra, dirumahmu kan ada peraturan”.
“Hah? Siapa yang membuatnya, sehingga dengan peraturan tersebut menjamin kau tidak akan berbuat jahat?”.
Aku semakin senang, wajahnya tampak indah sekali. Zahra, Zahra, semakin tampak raut heran diwajahmu itu.
“Baiklah Zahra, aku akan jawab pertanyaanmu itu. Tapi maukah kau menjaminnya, jika aku menjawab pertanyaanmu itu, maka kau akan biarkan aku ada di rumahmu?” Tanyaku pada Zahra.
“Untuk apa aku menjaminnya?” Tanya Zahra.
“Agar kau mudah menemuiku bukan? Itu pun jika mau, karena untuk apa membiarkanku masuk ke rumahmu tapi kau sendiri tidak ingin menemuiku dirumahmu. Bukankah tadi kau ingin menemuiku Zahra?”
Zahra terdiam beberapa saat. Sorot matanya dalam, terlihat sedang memikirkan sesuatu. Mungkin kata-kataku tadi yang mengganggu benaknya tersebut.