Selain itu, partai juga berfungsi sebagai platform untuk memperjuangkan isu-isu gender dan mendorong kebijakan yang pro-perempuan.
Namun, tidak semua partai politik di Indonesia memiliki komitmen yang kuat terhadap keterwakilan perempuan.
Beberapa partai masih terjebak dalam politik patriarki, di mana perempuan sering kali hanya dijadikan pelengkap atau alat untuk memenuhi persyaratan kuota tanpa diberi kesempatan yang sama untuk bersaing secara adil.
Dalam konteks ini, penting bagi perempuan untuk tidak hanya mendapatkan dukungan formal, tetapi juga dukungan substantif dari partai politik, termasuk akses ke sumber daya, pelatihan, dan jaringan politik.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Kontestasi Pilkada
Meskipun ada tren positif, perempuan yang maju dalam kontestasi Pilkada masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah stereotip gender yang masih kuat dalam masyarakat.
Banyak yang masih meragukan kemampuan perempuan untuk memimpin, terutama dalam konteks politik yang sering kali didominasi oleh laki-laki. Stigma ini bisa menjadi hambatan signifikan bagi perempuan yang ingin maju dalam Pilkada.
Selain itu, perempuan calon kepala daerah sering kali menghadapi tantangan dalam hal pendanaan kampanye. Dalam politik Indonesia, sumber daya finansial merupakan faktor penting yang menentukan sukses atau tidaknya seorang kandidat.
Perempuan sering kali memiliki akses yang lebih terbatas terhadap sumber daya ini dibandingkan dengan rekan laki-laki mereka, yang sering kali sudah memiliki jaringan bisnis dan politik yang lebih luas.
Tantangan lain adalah adanya kekerasan politik berbasis gender, baik dalam bentuk fisik, psikologis, maupun verbal. Perempuan dalam politik sering kali menjadi sasaran kampanye negatif yang menyerang integritas pribadi mereka, bukan kapabilitas atau program yang mereka tawarkan. Ini bisa mengurangi minat perempuan untuk terjun ke dunia politik atau bertahan di dalamnya.
Masa Depan Partisipasi Politik Perempuan