Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fenomena "Gig Economy", Pilihan Kerja yang Cocok untuk Gen Z?

24 Februari 2023   05:51 Diperbarui: 24 Februari 2023   05:53 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatkala pekerja Gen Z mulai memilih menjadi freelancer dibandingkan dengan menjadi pekerja kantoran. Pekerjaan freelance (tidak terikat dengan satu perusahaan) semakin diminati oleh generasi milenial (Gen Y) dan Z Indonesia karena fleksibilitas waktu dan lokasi kerja serta memberikan kesempatan untuk menyalurkan minat dan bakat

Sepanjang tahun 2022, banyak para pekerja yang mengundurkan diri dari pekerjaan lamanya. Di Amerika, tingkat resign karyawan memecahkan rekor. Fenomena ini merupakan pertanda peralihan tren para pekerja.

Setelah pandemi, para pekerja cenderung tidak mau lagi pergi ke kantor setiap hari. Mereka memilih waktu kerja yang fleksibel sehingga lebih memungkinkan untuk mencapai work-life balance. Selain itu pekerjaan Freelancer yang fleksibel dan mengandalkan teknologi sangat cocok untuk Gen Z yang jumlahnya semakin meningkat yaitu sekitar 27% pada tahun 2020 Sensus Penduduk 2020).

Peralihan ini disebut - sebut dengan era Gig Economy. Dimana para pekerja beralih menjadi freelancer. Para Programer, Content Creator, Digital marketing, Reporter / Jurnalis, Arsitek, Designer, Video Editor, Penulis / Editor/Penterjemah, Akuntan dan lain lain, semuanya bisa bekerja lepas dari mana saja tanpa perlu datang ke kantor setiap hari.

Singkatnya, Gig Economy adalah penerapan sistem ketenagakerjaan yang fleksibel dengan kontrak kerja yang lebih spesifik. Karyawan yang dulunya wajib bekerja di kantor, sekarang banyak yang memiliki fleksibilitas bekerja dari rumah.

Tren Gig Economy juga cenderung mematok upah berdasarkan out come dan produktivitas, bukan berdasarkan status kerja bulanan. Contohnya dulu dikantor seorang Sales dan Marketing digaji sekitar Rp. 4 juta /bulan sekarang diera gig economy sebagai influencer/Youtuber/Affiliate Marketer di upah Rp. 2 juta /tugas. Drafter Arsitektur pemula dulu digaji Rp. 5 juta / bulan sebagai Freelance designer di upah Rp. 3 juta / proyek.

Karakteristik pekerja Gig Economy :

Self Employed, Pekerja tidak terikat kontrak sehingga bisa leluasa memilih proyek tugas pekerjaan dari banyak employer.

Limited Contracts, pekerja tidak terikat kontrak yang terlalu panjang (maksimal 1 tahun)

Not One Income, pekerja tidak hanya 1 sumber penghasilan, akan tetapi bisa mengerjakan banyak tugas dari employer lain, sehingga banyak sumber penghasilan.

Tren Gig Employer sudah cukup menggemparkan sejak tahun 2018 lalu, laporan Forbes menyatakan bahwa ditahun 2018 sudah ada 57 juta orang pekerja lepas / freelancer di Amerika Serikat, yang berarti 17 % warga AS adalah seorang Self Employed. Sementara di Indonesia menurut data BPS pada Agustus tahun 2020 mencapai sekitar 33,34 %.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun