Mohon tunggu...
Aniza Ambarwati
Aniza Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik, Penulis, dan mahasiswa magister

A critical person who likes reading, writing, studying, and travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampung Inggris Kebumen dan Pak Darto

2 April 2018   08:01 Diperbarui: 2 April 2018   08:19 2181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Darto sebenanya lulusan jurusan peternakan sebuah kampus negeri ternama, tapi beliau memilih hidup di desa untuk mengabdikan hidupnya untuk masyarakat. Penampilan beliau begitu nyentrik dengan pakaian adat jawa. Kalaupun memakai pakaian casual, selalu ada akses atau ornament jawa.

Ternyata setelah berkunjung ke rumahnya, beliau adalah seniman sejati. Rumahnya terdiri dari rumah utama yang dihuni oleh orang tua Pak Darto.

Perlu diketahui, ibu dari Pak Darto sudah berusia 85 tahun tapi masih suka membaca novel, artikel ataupun majalah. Luar biasa sekali, bukan?! Jadi, tidak ada alasan bagi generasi muda untuk tidak mau membaca.

Satu lagi adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu, bagian penyanganya sudah dibuat permanen dengan semen sehinga tidak perlu khawatir akan roboh. Bagian bawah panggung terdapat banyak kursi, layaknya ruang tamu.

Sedangkan bagian atas rumah panggung merupakan tempat menyimpan lukisan, buku dan beragam hasil kesenian, serta tempat untuk belajar dan mengaji anak-anak sekitar.

Lukisan-lukisan yang ada di rumah Pak Darto terbuat dari barang-barang bekas/sampah. Beliau pandai memanfaatkan kain-kain bekas untuk membuat kanvas sendiri, membuat cat dari berbagai lumpur sehingga menghasilkan beragam warna, seperti hitam, hijau, coklat tua, coklat susu. Hasil-hasil lukisannya sangat mengesankan, hanya saja tidak untuk dijual.

Bakat melukis beliau juga menurun pada ketiga anaknya. Sedangkan isterinya adalah guru di MI. Masih di ruangan yang sama, terdapat begitu banyak buku. Mulai dari buku berbahasa Inggris, Belanda dan Indonesia, serta Jawa.

Satu ruangan besar di bagian atas rumah Pak Darto digunakan oleh anak-anak sekitar untuk mengaji dan belajar. Ketika mengajari anak-anak mengaji, beliau menggunakan 4 bahasa yaitu Inggris, Indonesia, Jawa dan Belanda. Beliau adalah polyglot otodidak. Saat ini, beliau sedang mempelajari bahasa Jerman. Ia juga menggunakan media dari kardus bekas untuk membuat dominovocabulary, tempelan-tempelan kertas berisi kosa kata bahasa inggris yang bisa dimainkan anak-anak.

Anak-anak yang khatam Al-Quran akan didaftarkan ke Kemenag sehingga mereka memiliki sertifikat resmi. Cara mengajari anak-anak yang beliau lakukan berbeda dari guru mengaji yang lain. Mengaji bukan hanya mempelajari cara membaca Al-Quran tapi belajar isi di dalamnya, nilai-nilai kebaikan dalam agama. Ia sering menggunakan lagu yang ia gubah liriknya dengan 4 bahasa tersebut sehingga siswa tidak asing degan beragam bahasa di dunia.

Tujuan beliau bukan semata-mata membuat mereka menjadi ahli bahasa asing, hanya ingin membuat masyarakat kenal dengan beragam bahasa di dunia karena baginya, penting sekali memahami bahasa negera lain supaya kita tidak tertipu. Bagaimanapun bahasa adalah alat komunikasi, bagaimana mungkin kita tahu maksud orang lain jika tidak mengerti bahasanya. Baginya, dunia ini begitu sempit.

Untuk mengenal orang dari berbagai belahan dunia tidak perlu berlayar atau terbang jauh ke negeri seberang, cukup kuasai bahasa mereka nanti kita akan terhubung. Ia tidak ingin, anak-anak merasa minder ketika ada tamu asing datang karena bagaimana pun juga, kita adalah tuan rumah di tanah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun