Mohon tunggu...
Untoro Gendis
Untoro Gendis Mohon Tunggu... -

lulusan pesantren ratu kalinyamat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ikuti Jejak SBY, Kini Jokowi Sudah Mengenal Rupiah?

5 September 2015   20:14 Diperbarui: 5 September 2015   22:39 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya Komisaris Jenderal Budi Waseso menjadi korban Gembong Mafia. Waktu demi waktu menjadi semakin terasa, dibawah kepemimpinan Jokowi, arah pembangunan Negara ini semakin tidak jelas. Ekonomi terus merosot, serapan APBN jauh dari harapan, Rupiah terus melemah, politik semrawut dan hukum menjadi “mesum”. Hukum “dikencingi” Kekuasaan. Pragmatisme menjadi pilihan “Aji Mumpung”. Antara Jokowi dan SBY tidak ada bedanya.
Alkisah seorang bernama RJ Lino menjabat sebagai Direktur Utama PT Pelindo II sejak tahun 2008 saat itu diangkat oleh Sofjan Djalil menteri BUMN. Tiba tiba saja RJ Lino kaget dan meradang karena mendadak kantornya digeledah oleh Bareskrim. Kabareskrim Komjen Budi Waseso memimpin langsung penggeledahan ini.

RJ Lino tidak terima, tanpa pikir panjang dia pamerkan kesaktian. RJ Lino angkat HP, Sofjan Jalil Kepala Bappenas dimaki dan diancam. Seolah RJ Lino ingin mengatakan” hai Sofjan Djalil, bilang ke Presiden Jokowi Gue RJ Lino yang sudah banyak berjasa membantu pemenangan dalam Pilpres. Sekali lagi bilang ke Jokowi – JK, gue ini sudah banyak berbuat untuk mereka. Apa saja gue kasih, terutama uang untuk pemenangan mereka. Apakah gue harus membeberkan semua ini kepada rakyat?!!!

Masih belum titik, RJ Lino memberi peringatan “Sampaikan juga ke pak JK, Gue juga sudah jaga bisnisnya pak JK selama bertahun tahun. Sudah mengeruk keuntungan bertumpuk tumpuk. Gue kasih bermacam fasilitas khusus untuk perusahaan pak JK. Anda tahu yang digeledah Bareskrim itu berhubungan langsung dengan bisnis pak JK, apa mau pak JK digeledah? Kalau gue diobok obok begini gue mau bongkar semuanya. Sekarang hanya ada satu pilihan, Pecat Budi Waseso jika kalian ingin selamat!!!”.

Bukan hanya Sofjan Djalil, RJ Lino juga menelpon Rini Sumarno menteri BUMN, Luhut Binsar Panjaitan dan mungkin Wapres Jusuf Kalla. Kesaktian RJ Lino terbukti, sontak Istana guncang, shock, panik dan kemudian membara. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti kebanjiran telpon dari para menteri tersebut dan akhirnya dipanggil khusus oleh Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Perintahnya jelas “ Copot Budi Waseso”. Pertanyaanya mengapa Pelindo II digeledah dan mengapa Istana membara?

Dalam kunjungan mendadak Presiden Jokowi ke Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (17/6/15), mengatakan: "Kita seperti ini sudah lama, ada yang sehari, tiga hari, 20 hari, 25 hari. Itu yang harus diselesaikan. Entah urusan dengan karantina, Kementerian Perdagangan, saya tidak mau tahu. Saya ingin mendekati negara-negara tetangga, karena saya hitung kerugian akibat ketidakefiensian ini tidak kecil sampai Rp 780 triliun. Dan perlu saya sampaikan, kalau sudah sulit, bisa saja Dirjen-nya saya copot, bisa saja pelaku usaha di lapangan saya copot, bisa juga menterinya yang saya copot. Bisa saja, kalau kerjanya seperti itu,". CNN Indonesia.

Signal tegas Presiden Jokowi langsung direspon oleh Polri yakni Polda Metro Jaya. Inefisiensi 780 trilyun rupiah sebuah angka fantastis. Polri bergerak meringkus mafia Dwelling Time mulai dari Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. Operasi terus berlanjut dan akhirnya sampailah ke operator Pelindo II.

Namun ketika Polda Metro akan memeriksa Pelindo II dirasakan ada kekuatan besar yang menghadang. Polda Metro jaya jadi ragu untuk melangkah. Melihat keadaan tersebut Kabareskrim Komjen Budi Waseso turun tangan menggeledah Pelindo II. Tak disangka tak dinyana ternyata ada “ Perkumpulan Raja Jin” disana. Budi Waseso membentur tembok. Perlu dicatat yang dilakukan Budi Waseso adalah perintah Presiden Jokowi demi menyelamatkan uang negara 780 trilyun rupiah.

Menyikapi gerakan Budi Waseso, konon JK , LBP, RS dan ketua Apindo inisial SW menggelar rapat menyusun narasi untuk “bernegosiasi” dengan Presiden Jokowi. Sesuai skenario, Presiden Jokowi akhirnya memanggil Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Saat itu Jokowi ditemani wapres JK dan MenkoPolhukam LBP. Tanpa basa basi Jokowi memerintahkan Kapolri supaya segera mencopot Kabareskrim Komjen Budi Waseso. Kapolri tidak diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan secara tuntas. Badrodin-pun pulang dengan hati galau.

Sementara itu opini yang disajikan kepada publik adalah Kabareskrim membuat kegaduhan dikala ekonomi sulit. Budi Waseso tidak memberikan rasa aman dan nyaman kepada pelaku ekonomi untuk bekerja. Cara cara Budi Waseso dianggap berbahaya bagi jalanya pemerintahan. Sebagian besar publik sulit mengerti argumentasi yang disampaikan oleh Pemerintah Jokowi.

Kembali ke RJ Lino, siapakah dia? mengapa dia menjadi super sakti ? Dari Broadcast BBM yang beredar RJ Lino mempunyai seorang anak bernama Clarissa. Setelah ditelusuri ternyata Clarissa adalah pemegang saham 46,6 persen dari BUKAKA TEKNIK UTAMA. Kepemilikan saham Clarissa atas nama Amadeus Acquisition perusahaan milik suaminya bernama Ezra.

RJ Lino juga dipercaya oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowi – JK untuk menjadi penyelenggara Pelantikan Kabinet Kerja walaupun akhirnya gagal karena Megawati tidak menyetujui. Berita rencana pelantikan ini sudah menyebar luas apalagi sejumlah persiapan sudah dilakukan.
Tempo.co menurunkan berita bahwa Pengelola pelabuhan melakukan sejumlah persiapan untuk pengumuman kabinet. Sumber Tempo di International Port Corporation PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II mengungkapkan, Direktur Utama Pelindo II RJ Lino mengeluarkan memo internal yang berisi instruksi agar segenap jajaran IPC ikut membantu melancarkan kegiatan pengumuman menteri di Pelabuhan Tanjung Priuk. "Total menghabiskan biaya Rp 500-700 juta," Dan biaya itu, berasal dari dana IPC, bukan dari Sekretariat Negara (22 /10 2014). Apakah biaya tersebut sudah masuk dalam audit BPK sebagai penyalahgunaan uang negara? Pasti BPK ketakutan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun