Mohon tunggu...
UNTARI SRI UTAMI
UNTARI SRI UTAMI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya merupakan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada Program Studi Agroekoteknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Fluktuasi Harga Produk Pertanian Hortikultura di Kecamatan Tawangmangu

7 Juni 2022   21:41 Diperbarui: 7 Juni 2022   22:01 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Harga naik turun, masyarakat kecil semakin berteman dengan kemiskinan"

Seperti yang kita ketahui, Indonesia menempati peringkat Ke-21 sebagai negara dengan hasil produksi pertanian terbesar di dunia setelah Brazil, Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Maka dari itu, tak heran bahwa perubahan harga pasar pertanian hortikultura sering terjadi seluruh pasar Indonesia khususnya pada Kabupaten Tawangmangu. Hal itu tidak sepadan dengan title Indonesia sebagai negara agraris.

Saat ini, sektor pertanian Indonesia tengah menghadapi permasalahan, yaitu pada bidang distribusi hasil pertanian. Distribusi hasil pertanian memegang peranan penting untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam pembangunan bangsa. Akan tetapi, terdapat permasalahan pada distribusi hasil pertanian yang menyebabkan timbulnya fluktuasi harga pasar pertanian. Trend fluktuasi harga pasar pertanian ini tidak hanya berdampak pada masyarakat sebagai konsumen, namun juga berdampak pada para petani sebagai produsen sekaligus distributor dari hasil pertaniannya. Salah satu dampak yang paling menonjol yaitu turunnya taraf ekonomi masyarakat.

Tren Fluktuasi Harga

Fluktuasi harga pasar yang terjadi di Indonesia, khususnya pada pertanian hortikultura yang terdapat di Tawangmangu, Jawa Tengah menjadi topik pada pembahasan kali ini. Kecamatan Tawangmangu menjadi daerah dengan pasokan hasil produk hortikultura terbesar se-Solo Raya. Dimana komoditas hortikultura menjadi salah satu primadona di tengah masyarakat yang mampu meningkatkan ekomoni petani. Komoditas hortikultura termasuk dalam komoditas komersial yang memiliki nilai ekonomi tinggi (high value commodity), maka dari itu harus diikuti dengan inovasi yang mumpunin untuk bersaing di pasar. Apabila tidak dapat dikelola dengan baik, maka produk hortikultura ini akan mengalami fluktuasi harga yang mana sering terjadi di Kecamatan Tawangmangu. Harga akan naik apabila produksi kurang mencukupi dan apabila produksi semakin meningkat harga akan turun. Hal itulah yang menyebabkan kesejahteraan petani sangat terancam.

Dampak Fluktuasi Harga

Dampak dari adanya fluktuasi harga ini sangat mempengaruhi kesejahteraan petani sebagai produsen produk pertanian hortikultura. Apabila terjadi penurunan harga, maka petani akan merugi sehingga mungkin hasil panen hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak bisa melakukan budidaya lagi. Sedangkan, apabila harga naik, biasanya juga diikuti oleh tingginya harga bibit atau benih tanaman. Sehingga, sama saja keuntungan yang diperoleh tidak seberapa. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat biasa yang menikmati produk hortikultura.

Solusi Permasalahan Fluktuasi Harga

Tindakan yang sepatutnya dilakukan oleh petani di Kecamatan Tawangmangu untuk mengatasai permasalahan fluktuasi harga ini antara lain sebagai berikut.

1. Menambah luas lahan pertanian hortikultura.

Petani di Tawangmangu biasanya hanya menggunakan luas lahan yang kecil dalam budidaya tanaman karena banyak sekali alih lahan yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Namun, dengan menambah luas lahan pertanian, dapat dipastikan produksi petani juga akan meningkat. Hal tersebut dapat membuat petani lebih banyak mendapatkan keuntungan dari hasil budidaya tanaman hortikultura.

2. Petani melakukan penanaman tumpang sari atau menanam tanaman yang berbeda di satu lahan pertanian.

Dengan melakukan penanaman tumpang sari, petani akan dapat memaksimalkan hasil panennya. Selain efisien lahan, penanaman dengan sistem tumpang sari juga dapat membuat hasil produksi petani semakin beragam. Sehingga, apabila salah satu tanaman harganya menurun, tanaman lain dapat menutupi kerugian.

3. Memperluas koneksi dengan para petani di luar daerah Tawangmangu.

Dengan memperluas koneksi antarpetani di luar daerah akan membuat distribusi produk pertanian semakin luas dan dapat optimal dalam bidang pemasarannya. Sehingga, petani dapat dengan mudah mendistribusikan hasil pertaniannya ke lintas daerah.

Selain dari petani, pemerintah juga ikut andil dalam permasalahan fluktuasi harga ini yaitu dengan melakukan sinkronisasi produksi hortikultura di lintas daerah dalam rangka mewadahi petani lokal yang mungkin minim ilmu tentang distribusi antar daerah. Pemerintah juga harus selalu meningkatkan pengawasan dari berbagai solusi yang telah ada sebelumnya. Kebijakan impor pangan juga perlu ditindaklanjuti karena dengan sumber daya alam yang mewadahi, seharusnya Indonesia mampu mencukupi pangan dalam negeri tanpa harus mengimpor dari luar negeri. Jikalau bisa, justru Indonesia-lah yang melakukan ekspor agar dapat menjadi devisa bagi negara dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun