"Waktu itu saya memakai yukata, pakaian tradisional Jepang yang lebih tipis dibanding kimono. Di sana saya mencicipi makanan khas, ikut menari, dan bahkan mendapatkan hadiah," ungkap gadis asal Pemalang itu.
Selain itu, Elen juga merayakan Halloween untuk pertama kalinya dengan cosplay seram dari rumah sakit tempatnya bekerja. Bahkan, ia merasakan suasana Natal yang berbeda dengan mengenakan kostum Santa Claus.
"Rasanya sangat seru dan berbeda dari perayaan di Indonesia," ujarnya.
Meski sempat berharap akan melihat kembang api pada malam Tahun Baru di Namba, Osaka, kenyataannya cukup berbeda.
"Saya kira ada kembang api seperti di Indonesia, ternyata tidak ada. Tapi suasananya tetap ramai dan menyenangkan," katanya.
Di luar keseruannya itu, Elen mengakui adaptasi menjadi tantangan utama saat pertama kali tiba di Jepang. Apalagi Elen tiba di saat musim panas.
"Jam 8 pagi sudah panas banget seperti jam 12 siang di Indonesia," ungkapnya.
Tantangan lain adalah bahasa. "Awalnya tidak lancar, tapi lama-lama mulai paham, terutama saat mendengar orang Jepang berbicara," tambahnya.
Pengalaman pertama berbelanja pun menjadi cerita tersendiri. "Jadi saya kan sampai Jepang hari Jumat. Nah hari Sabtunya saya berniat pergi ke supermarket. Tapi karena hujan dan suasananya sepi, saya malah nyasar. Harusnya cuma 30 menit, tapi jadi 2 jam jalan kaki. Akhirnya saya pulang dan tidak jadi belanja. Ujung-ujungnya makan mie instan di apato," kenangnya sambil tertawa.
Di tempat kerjanya, sebuah rumah sakit di Osaka, Elen pun menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah menghadapi pasien lansia yang terkadang tantrum.
"Pernah ada pasien yang marah saat saya mengganti popok. Bahkan hampir diludahi. Tapi setelah dibiarkan tenang dulu, akhirnya mereka menurut juga," cerita Elen.