Cerita Rizka Dwi Fatmawati Saat Magang di Osaka, Jepang
Rizka Dwi Fatmawati, mahasiswa semester 5 dari Universitas Harapan Bangsa (UHB), menjadi salah satu bagian dari Program Magang ke Jepang. Rizka yang masuk dalam batch ke-7 telah menjalani pengalaman magang yang berharga di Osaka, Jepang, sejak Juni 2024.
Dalam wawancara, Rizka berbagi beragam pelajaran dan pengalaman yang didapat selama magang di Jepang, yang tidak hanya memperkaya keterampilan profesionalnya tetapi juga membentuk kepribadiannya.
Selama berada di Jepang, Rizka belajar untuk lebih mandiri, terutama karena jauh dari orang tua. "Dulu saya sudah cukup mandiri, tapi sekarang saya harus bisa belajar lebih mandiri lagi. Dan juga mengatur semua sendiri," ujarnya.
"Hasil kerja sendiri membuat saya merasa sayang kalau digunakan untuk foya-foya. Jadi selama di Jepang saya bisa memilih mana yang harus menjadi prioritas," katanya.
Selain itu, Rizka mendapatkan keterampilan dan variasi dalam memasak, yang membuatnya lebih kreatif di dapur.
Pengalaman magang ini, lanjut Rizka, diakuinya cukup menjadi tantangan di satu bulan pertamanya. Pasalnya, Rizka harus mempelajari hal-hal baru yang belum pernah didapatnya selama di perkuliahan.
"Di kampus kan lebih ke teorinya. Kalau di Jepang ini lebih ke prakteknya, seperti menangani pasien, mengganti popok, dan membantu pasien yang mengalami kesulitan BAB," katanya.
"Ternyata praktek tidak semudah teori," tambahnya, menekankan realitas yang dihadapi di lapangan.
Interaksi dengan pasien dan orang lain juga menjadi fokus pembelajaran Rizka. Ia merasa bahwa pengalaman ini membantunya menurunkan ego dan lebih menghargai hasil kerja sendiri.
Ia merasa mentalnya juga semakin kuat setelah menghadapi berbagai tantangan selama magang.
Setelah beberapa bulan, Rizka merasa sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan dan suasana kerja di Jepang. "Awalnya berat, tapi sekarang sudah terbiasa dengan pekerjaannya, dan bahasa Jepang juga sudah lebih memahami," ungkapnya.
Pengalaman di rumah sakit juga memberikan kesan tersendiri. Rizka bekerja di rumah sakit khusus laki-laki dan pernah mengalami situasi unik, seperti ditembak oleh pasien. "Saya jadi idola pasien karena sikap ramah, tapi saya tetap bersikap profesional," jelasnya. Dalam situasi tersebut, ia belajar untuk menjaga jarak profesional meskipun disukai pasien.
Namun, perjalanan Rizka tidak selalu mulus. Ia berbagi pengalaman unik saat tersesat dan salah jadwal kereta. Suatu ketika, saat ingin pergi ke Akuarium Osaka Kaiyukan, ia seharusnya naik kereta langsung, tetapi malah naik kereta lain yang mengarah ke Namba.
Selain mengalami kerugian waktu, Rizka juga rugi biaya transportasi, dari yang awalnya hanya 1.100 yen bisa membengkak menjadi 2.000 yen. "Awalnya sempat bingung, tapi karena ramai-ramai, jadi lebih tenang. Dan akhirnya sampai tujuan," kenangnya.
Meskipun harus mengeluarkan uang lebih, Rizka bersyukur karena transportasi di Jepang sangat modern dan tidak perlu menunggu lama. Sehingga jadwalnya untuk refreshing tidak terlalu berubah atau batal.
Selama beberapa bulan di Jepang, Rizka mengaku cukup merindukan Indonesia, seperti orang tua dan teman-temannya. Rizka merindukan mereka dan telah merencanakan berbagai kegiatan untuk menyegarkan diri, seperti menonton konser dan bersenang-senang.
Untuk beberapa keinginan lainnya selama magang di Jepang, Rizka juga memiliki beberapa keinginan yang ingin dicapainya. "Saya memiliki beberapa rencana, termasuk ingin pergi ke Disneyland, tetapi menunggu libur bersama teman-teman sambil menabung. Jika rencana tersebut tidak tercapai, ia berencana untuk mengunjungi Universal Studio di Osaka," katanya. Rizka juga sangat ingin mencoba berbagai kuliner unik yang belum pernah dicobanya selama ini.
Salah satu tujuan Rizka adalah mengikuti ujian bahasa Jepang di Indonesia, dengan harapan bisa kembali ke Jepang di masa depan. Ia menyadari bahwa penghasilannya di sana lebih tinggi dan merasa bahwa bekerja di Jepang adalah cara untuk "memanusiakan manusia."
Dengan semua pengalaman berharga ini, Rizka Dwi Fatmawati tidak hanya mendapatkan keterampilan profesional, tetapi juga pelajaran hidup yang akan membantunya di masa depan. Pengalaman magang ini menjadi batu loncatan untuk mencapai cita-cita dan mengenal lebih dalam tentang budaya serta kehidupan di Jepang.
Terpisah, Rektor UHB, Dr. Yuris Tri Naili, S.H., KN., M.H., mengatakan Program Magang ke Jepang ini memang menjadi unggulan UHB. Tentunya dengan dukungan penuh dari Yayasan Pendidikan Dwi Puspita.
"Kami sangat bangga dengan pencapaian Rizka di Jepang dan semua mahasiswa yang berpartisipasi dalam program magang Jepang. Ini bukan hanya tentang pengalaman profesional, tetapi juga tentang memperluas wawasan budaya dan pribadi. Program ini merupakan bagian dari upaya kami untuk memberikan pengalaman internasional yang berharga bagi mahasiswa kami," ujar Dr. Yuris.
"Kami berharap program ini dapat terus memberikan manfaat dan inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk mengejar impian mereka di tingkat global," jelasnya.
Head of Global Internship Program di UHB, Ida Dian Sukmawati, S.S., M.Pd., menambahkan, Program Magang Jepang ini memberikan manfaat yang cukup kompleks kepada para mahasiswa. Ia menjelaskan Program Magang Jepang bukan hanya soal materi, meskipun mahasiswa yang mengikuti program ini akan mendapatkan gaji dari masing-masing rumah sakit di Jepang.
"Program ini memberikan banyak keuntungan, mulai dari pengalaman bekerja di lingkungan rumah sakit hingga peningkatan kemampuan berbahasa asing dan jaringan yang lebih luas," tutupnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H