Mohon tunggu...
Universitas Harapan Bangsa
Universitas Harapan Bangsa Mohon Tunggu... Lainnya - Kampus 1: Jl. Raden Patah No. 100, Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ; Kampus 2: Jl. Wahid Hasyim No. 274 A, Karangklesem Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas

Universitas Harapan Bangsa berkomitmen untuk terus tumbuh dan berkembang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas di bidang Ilmu Kesehatan, Ilmu Sosial, dan Ilmu Sains dan Teknologi serta mencetak lulusan yang handal untuk menjawab semua tantangan dan kebutuhan di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yang Penting Pengalaman Hidupnya, Gaji Besar Itu Bonusnya

25 Oktober 2023   13:27 Diperbarui: 25 Oktober 2023   13:30 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Cerita Mahasiswa Keperawatan UHB Febrianti Sonia Gandi, Saat Mengikuti Program Intership Magang ke Jepang

Bekerja di luar negeri mungkin menjadi mimpi sebagian besar orang. Namun hal itu bukan lagi mimpi bagi Febrianti Sonia Gandi. Ya, sudah hampir satu tahun, Sonia, sapaannya, berada di Jepang untuk magang sebagai seorang perawat pasien lanjut usia. Tidak hanya pengalaman di lingkungan kerja, Sonia bahkan mendapatkan pengalaman yang lebih berharga yang bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan kedepannya. Salah satunya berkaitan dengan budaya kedisiplinan dan toleransi.

----------

Sejak bertolak ke Jepang pada November 2022 lalu, Sonia dan beberapa rekannya yang merupakan mahasiswa di Universitas Harapan Bangsa, kini hanya tinggal menghitung hari menjelang kepulangan mereka ke tanah air.

"Kalau untuk program internship-nya sudah selesai. Tapi masih ada waktu sekitar dua minggu untuk menyelesaikan pekerjaan, dan menyiapkan beberapa dokumen untuk pulang," ungkap gadis asal Pemalang tersebut.

Sonia menjelaskan, jika ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pengalamannya selama magang di Jepang, mungkin kata "Asik dan Seru" yang pertama kali terlontar darinya. Meski demikian, Sonia mengaku masih butuh adaptasi di awal kedatangannya ke Jepang. Karena selain suhu dan kultur yang berbeda, etos kerja masyarakat jepang yang menjunjung tinggi kedisiplinan juga menjadi tantangan yang harus ditaklukkannya.

Lebih lanjut, Sonia mengatakan, di Jepang dia bersama beberapa rekannya bekerja di salah satu Rumah Sakit di Perfektur Okinawa. Dimana RS tersebut cukup konsen terhadap keperawatan gerontik (keperawatan yang ditujukan kepada klien atau pasein lanjut usia).

Dalam hal fasilitas, secara umum RS di Jepang sudah cukup maju dalam pemanfaatan teknologinya. Meski demikian, untuk RS-RS khusus yang menangani pasien lanjut usia, memang lebih banyak dilakukan langsung oleh manusia (perawat) ketimbang alat-alat canggih rumah sakit.

"Karena secara umum yang dibutuhkan orang-orang lanjut usia adalah perhatian dan kasih sayang. Dan sisi humanisme perawat akan sangat diuji disana. Termasuk kepekaan perawat terhadap keinginan dari klien/pasien," ungkapnya.

Yang membuat Sonia takjub tidak hanya soal fasilitas RS-nya. Melainnya juga sikap dan perhatian seluruh perawat di RS yang memang mendedikasikan diri mereka untuk merawat para orang yang sudah lanjut usia. Terlebih mereka tidak sendiri dalam melakukan perawatan, tetapi juga mendapat dukungan dari keluarga pasien/klien.

"Jadi walaupun dititipkan di RS khusus lanjut usia, para keluarga juga tetap suportif dengan datang setiap saat untuk sekadar memberikan hadiah, makan bersama, atau sekadar mengobrol. Fenomena itu yang jarang terlihat di panti-panti jompo yang ada di Indonesia," jelasnya.

"Bahkan saya melihat sendiri bagaimana para keluarga sengaja datang ke rumah sakit, hanya untuk merayakan ulang tahun orang tua mereka. Tidak hanya satu dua orang, tetapi seluruh keluarga besar yang datang," sambungnya.

Terkait penghasilannya per bulan selama magang di Jepang, lanjut Sonia, diakui memang cukup besar jika dibandingkan dengan pekerjaan serupa di Indonesia. Namun demikian hal itu sebanding dengan biaya hidup di Jepang yang relatif lebih mahal ketimbang di Indonesia.

"Kalau rata-rata per bulannya itu bisa mencapai Rp 13-14 juta. Namun bagi kami penghasilan itu hanya bonus. Karena yang paling penting adalah pengalaman hidup yang sangat berharga selama hampir satu tahun magang di Jepang ini," tegasnya.

"Kami juga berterima kasih kepada UHB yang sudah menjembatani kami sehingga bisa magang di Jepang. Ini juga yang membuat saya memilih UHB, karena menjadi salah satu kampus yang konsisten mengirimkan mahasiswanya ke luar negeri, khususnya Jepang, lewat program Internship ini," ungkap Sonia.

Tidak hanya di dalam lingkungan kerja, atmosfer menyenangkan juga Sonia rasakan di lingkungan tempatnya menginap. Betapa tidak, Sonia merasa diperlakukan layaknya tamu istimewa. Tidak hanya oleh rekan kerja, tetapi juga tetangga sekitar. Bahkan mereka tidak segan untuk menyesuaikan diri dengan keyakinan rekan-rekan magang dari UHB.

"Pernah waktu itu kan sedang puasa Ramadan. Mereka awalnya tidak tahu apa itu puasa, lalu mereka mencari tahu lewat internet, dan akhirnya memaklumi kondisi kami yang sedang beribadah. Sehingga beberapa pekerjaan dikurangi agar kondisi kami tetap bugar selama berpuasa. Tidak hanya itu, mereka juga banyak membantu kami soal makanan, terutama makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh kami sebagai muslim," paparnya.

"Yang terpenting adalah mereka sangat menjunjung tinggi privasi. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan pribadi tidak akan mereka tanyakan apalagi mencari tahu," imbuh Sonia.

Pengalaman lain selama magang di Jepang, lanjut Sonia, yakni soal keamanan dan kenyamanan yang sangat diprioritaskan di Jepang. Contoh kecilnya yakni saat ada barang yang tertinggal, orang Jepang tidak akan mengambilnya selama itu bukan miliknya. "Kalau tidak ada di tempatnya semula, biasanya kita akan menemukannya di kantor polisi. Karena setiap orang Jepang menemukan barang pasti langsung diserahkan ke kantor polisi," ungkapnya.

"Termasuk kebersihan yang sangat dijunjung tinggi masyarakat Jepang. Karena hal itu juga berkaitan dengan kenyamanan lingkungan. Di Jepang, sampah rumah tangga sudah dipilah dari masing-masing rumah. Selain itu, ada denda yang besar juga jika kedapatan membuang sampah sembarangan," lanjutnya.

Sonia memberikan pesan kepada adik-adiknya di UHB. Terutama yang ingin mengikuti program internship magang ke Jepang. Yang pertama yakni persiapan mental. Menurutnya, mahasiswa yang hendak magang ke Jepang harus memiliki mental yang kuat. Sehingga tidak mudah menyerah dan mampu bekerja keras. Karena kedisiplinan menjadi kunci sukses jika ingin bekerja di Jepang.

"Selain persiapan bahasa, attitude dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar juga perlu dipelajari sejak dini sebelum berangkat ke Jepang. Karena saat kita magang ke Jepang, yang dijaga bukan hanya nama baik pribadi, melainkan nama baik universitas (UHB) dan nama baik bangsa (Indonesia)," kata dia.

"Yang pasti, kerja atau magang di Jepang itu asik," pungkas Sonia.

Sebelumnya, Head of Global Intership Program, Ida Dian Sukmawati, S.S., M.Pd., menjelaskan setiap tahunnya peminat Program Magang Jepang mengalami peningkatan. Hal itu dikarenakan kebanyakan mahasiswa yang menempuh pendidikan di UHB menjadikan Program Magang Jepang sebagai tujuan, selain tentunya menempuh pendidikan profesi sebelum terjun ke masyarakat ke depannya.

"Apalagi saat para mahasiswa mendengar langsung pengalaman dari para alumni Program Magang Jepang, antusiasme mahasiswa meningkat dan berharap bisa merasakan pengalaman magang di Jepang seperti para mahasiswa angkatan di atasnya," kata Ida.

"Bukan hanya soal materi, meski memang saat program magang di Jepang para mahasiswa nantinya akan mendapatkan gaji dari masing-masing rumah sakit. Tetapi juga berkaitan dengan berbagai hal yang nantinya akan berguna bagi pengembangan profesi masing-masing mahasiswa setelah lulus dari UHB," imbuhnya.

Lebih lanjut, Ida menjelaskan Program Magang Jepang ini merupakan program unggulan dari Universitas Harapan Bangsa (UHB). Hal itu sesuai dengan grand plan universitas yang berkaitan dengan Global Internship Program, yang harapannya bisa mengirimkan penempatan magang bagi mahasiswa Universitas Harapan Bangsa (UHB) ke luar negeri, khususnya Jepang.

Sejauh ini Program Magang Jepang UHB sudah memberangkatkan 6 batch atau gelombang dengan total mencapai 170 mahasiswa yang sudah berangkat magang ke Jepang. Terbaru, Program Magang Jepang Batch ke-6 diberangkatkan pada Maret 2023 lalu.

Ida menambahkan, ada berbagai keuntungan yang bisa didapatkan mahasiswa yang ikut Program Magang Jepang. Seperti disebutkan sebelumnya, materi atau uang (gaji dan bonus) bukan satu-satunya keuntungan yang bisa didapatkan para mahasiswa. Mereka yang ikut Program Magang Jepang, secara tidak langsung akan merasakan suasana kerja di rumah sakit lebih awal dibandingkan mahasiswa lain yang belum melaksanakan program magang.

"Mereka bisa belajar mengenai karakter rekan kerja di rumah sakit atau di dunia kerja yang sebenarnya. Selain itu, untuk karir, mahasiswa yang sudah pernah ikut Program Magang Jepang akan lebih mudah beradaptasi untuk bekerja sebagai tim. Terutama bagi mereka yang akan kembali ke Jepang untuk bekerja. Mahasiswa yang sudah pernah magang ke Jepang akan lebih mudah diterima bekerja di Jepang. Sebagai catatan, peluang kerja untuk perawat lansia di Jepang sangat besar, sehingga juga bisa menjadi peluang bagi para lulusan UHB yang sudah pernah merasakan Program Magang Jepang," urai Ida.

Di sisi lain, kemampuan berbahasa asing bagi mahasiswa yang mengikuti program magang ke Jepang juga akan lebih meningkat. Tidak hanya bahasa Jepang, tetapi juga bahasa asing lainnya seperti Bahasa Inggris. Disamping mereka bisa belajar mandiri dan melatih mentalitas di dunia kerja.

"Mahasiswa yang pernah magang di Jepang juga akan memiliki jaringan yang lebih luas, karena ternyata di Jepang juga banyak WNI, baik yang bekerja maupun kuliah. Termasuk jaringan dan komunikasi terhadap warga lokal Jepang," rincinya.

"Bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan bekerja di Jepang juga akan lebih mudah, karena untuk bekerja di Jepang, calon pekerja harus mengantongi Certificate of Eligibility (COE) sebelum membuat visa kerja. Prosesnya juga cukup rumit jika berstatus fresh graduated atau sudah lulus. COE lebih mudah dibuat saat menjadi mahasiswa, karena bakal diurus dan dijamin oleh masing-masing universitas," jelasnya.

"Keuntungan terakhir yakni para mahasiswa juga bisa bekerja sembari travelling di seluruh Jepang. Mereka bisa belajar mengenai bahasa, budaya, dan mengunjungi seluruh destinasi wisata di Jepang selama proses magang," pungkasnya.(yur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun