"Bahkan saya melihat sendiri bagaimana para keluarga sengaja datang ke rumah sakit, hanya untuk merayakan ulang tahun orang tua mereka. Tidak hanya satu dua orang, tetapi seluruh keluarga besar yang datang," sambungnya.
Terkait penghasilannya per bulan selama magang di Jepang, lanjut Sonia, diakui memang cukup besar jika dibandingkan dengan pekerjaan serupa di Indonesia. Namun demikian hal itu sebanding dengan biaya hidup di Jepang yang relatif lebih mahal ketimbang di Indonesia.
"Kalau rata-rata per bulannya itu bisa mencapai Rp 13-14 juta. Namun bagi kami penghasilan itu hanya bonus. Karena yang paling penting adalah pengalaman hidup yang sangat berharga selama hampir satu tahun magang di Jepang ini," tegasnya.
"Kami juga berterima kasih kepada UHB yang sudah menjembatani kami sehingga bisa magang di Jepang. Ini juga yang membuat saya memilih UHB, karena menjadi salah satu kampus yang konsisten mengirimkan mahasiswanya ke luar negeri, khususnya Jepang, lewat program Internship ini," ungkap Sonia.
Tidak hanya di dalam lingkungan kerja, atmosfer menyenangkan juga Sonia rasakan di lingkungan tempatnya menginap. Betapa tidak, Sonia merasa diperlakukan layaknya tamu istimewa. Tidak hanya oleh rekan kerja, tetapi juga tetangga sekitar. Bahkan mereka tidak segan untuk menyesuaikan diri dengan keyakinan rekan-rekan magang dari UHB.
"Pernah waktu itu kan sedang puasa Ramadan. Mereka awalnya tidak tahu apa itu puasa, lalu mereka mencari tahu lewat internet, dan akhirnya memaklumi kondisi kami yang sedang beribadah. Sehingga beberapa pekerjaan dikurangi agar kondisi kami tetap bugar selama berpuasa. Tidak hanya itu, mereka juga banyak membantu kami soal makanan, terutama makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh kami sebagai muslim," paparnya.
"Yang terpenting adalah mereka sangat menjunjung tinggi privasi. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan pribadi tidak akan mereka tanyakan apalagi mencari tahu," imbuh Sonia.
Pengalaman lain selama magang di Jepang, lanjut Sonia, yakni soal keamanan dan kenyamanan yang sangat diprioritaskan di Jepang. Contoh kecilnya yakni saat ada barang yang tertinggal, orang Jepang tidak akan mengambilnya selama itu bukan miliknya. "Kalau tidak ada di tempatnya semula, biasanya kita akan menemukannya di kantor polisi. Karena setiap orang Jepang menemukan barang pasti langsung diserahkan ke kantor polisi," ungkapnya.
"Termasuk kebersihan yang sangat dijunjung tinggi masyarakat Jepang. Karena hal itu juga berkaitan dengan kenyamanan lingkungan. Di Jepang, sampah rumah tangga sudah dipilah dari masing-masing rumah. Selain itu, ada denda yang besar juga jika kedapatan membuang sampah sembarangan," lanjutnya.
Sonia memberikan pesan kepada adik-adiknya di UHB. Terutama yang ingin mengikuti program internship magang ke Jepang. Yang pertama yakni persiapan mental. Menurutnya, mahasiswa yang hendak magang ke Jepang harus memiliki mental yang kuat. Sehingga tidak mudah menyerah dan mampu bekerja keras. Karena kedisiplinan menjadi kunci sukses jika ingin bekerja di Jepang.
"Selain persiapan bahasa, attitude dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar juga perlu dipelajari sejak dini sebelum berangkat ke Jepang. Karena saat kita magang ke Jepang, yang dijaga bukan hanya nama baik pribadi, melainkan nama baik universitas (UHB) dan nama baik bangsa (Indonesia)," kata dia.