Mohon tunggu...
Zia Muthi Amrullah
Zia Muthi Amrullah Mohon Tunggu... -

Penulis, peminat filsafat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jarwo Dan Nina ; Cinta Suci Dari Gang Dolly

15 Mei 2014   16:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Janda itu bernama Nina

dari Pekalongan bertaruh nasib di Surabaya

jadi seorang tuna susila

demi kepulan dapur si Mbok dan sepatu baru anaknya di kampong halaman


Ia pasang senyum dusta, badan tak berbusana,

dan desahan yang penuh kepalsuan

tamu-tamu jalang

tigaratus ribuan uang

budak nafsu si liar bujang

suami-suami pamit rapat lantas berkhianat

pembaca quran, injil, tripitaka, weda, pejuang buruh dan rakyat

mulutnya kebasahan ayat dan maklumat

Ingin sekali Nina

ludahi wajah mereka


Di malam yang bungkam

ia menjerit dalam diam

sumpah serapah pada nasibnya yang kelam

Pemilik kedai kopi itu Jarwo namanya

Sewaktu-waktu Nina mengusir dahaga disana

Jarwo mendesak tanya

Gerangan apa senyum wajah Nina menyelinap

dan sampai di lamunannya


“ Nina, alangkah baiknya jika kau tahu jika aku

masih sebatang kara

Keluargaku hanyalah bapak, emak, dan sanak

saudara

Aku bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa

Hanya secuil ketulusan dan keberanian untuk

melamarmulah

Satu-satunya harta berharga yang kupunya

Wahai pemuda terhormat abdi ibu bapaknya

Berita gila apa yang kau sampaikan

dengan gundik penuh dosa macam aku ingin

kau menikah

Seribulah tanya pada diri, hingga kau temu

jawabnya


Telah kusematkan sejuta tanya

Jawabnya tetap sama, menjadi teman hidupmu

selamanya


Bagaimana dengan nasib anakku di Pekalongan

masa laluku yang akan kutinggalkan

keluargamu yang akan murka dengan apa yang

kau putuskan


Semalam aku bersimpuh di hadapan bapak dan

ibu

Mereka ikhlas mengusap kepalaku

dengan senang hati kau jadi menantu

Nina, aku tidak punya urusan dengan masa

lalumu

Kau dan anakmu adalah masa depanku

Nina berlari kecil meninggalkan kedai itu

sambil mengusap matanya yang basah

Di senyap malam Nina menegur Tuhannya

dengan doa

Gusti Allahku,

Jika inilah jawaban dari sesengguk ratapan

doaku

Maka aku akan menerima dia yang Kau

pilihkan untukku

Lebih baik aku hidup dengan kesederhanaan

yang menentramkan

Daripada hidup bergelimang harta dari jalan

yang kau haramkan

Pada hari-hari yang tak berselang lama

Tersebutlah seorang wanita berkerudung jingga

membungkus jus alpukat dengan karet merah

Dialah istri sah Jarwo, Nina

Dikembangkan dari kisah nyata

Mashhad, Iran.

15 Mei 2014

Zia Muthi Amrullah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun