Janda itu bernama Nina
dari Pekalongan bertaruh nasib di Surabaya
jadi seorang tuna susila
demi kepulan dapur si Mbok dan sepatu baru anaknya di kampong halaman
Ia pasang senyum dusta, badan tak berbusana,
dan desahan yang penuh kepalsuan
tamu-tamu jalang
tigaratus ribuan uang
budak nafsu si liar bujang
suami-suami pamit rapat lantas berkhianat
pembaca quran, injil, tripitaka, weda, pejuang buruh dan rakyat
mulutnya kebasahan ayat dan maklumat
Ingin sekali Nina
ludahi wajah mereka
Di malam yang bungkam
ia menjerit dalam diam
sumpah serapah pada nasibnya yang kelam
Pemilik kedai kopi itu Jarwo namanya
Sewaktu-waktu Nina mengusir dahaga disana
Jarwo mendesak tanya
Gerangan apa senyum wajah Nina menyelinap
dan sampai di lamunannya
“ Nina, alangkah baiknya jika kau tahu jika aku
masih sebatang kara
Keluargaku hanyalah bapak, emak, dan sanak
saudara
Aku bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa
Hanya secuil ketulusan dan keberanian untuk
melamarmulah
Satu-satunya harta berharga yang kupunya
Wahai pemuda terhormat abdi ibu bapaknya
Berita gila apa yang kau sampaikan
dengan gundik penuh dosa macam aku ingin
kau menikah
Seribulah tanya pada diri, hingga kau temu
jawabnya
Telah kusematkan sejuta tanya
Jawabnya tetap sama, menjadi teman hidupmu
selamanya
Bagaimana dengan nasib anakku di Pekalongan
masa laluku yang akan kutinggalkan
keluargamu yang akan murka dengan apa yang
kau putuskan
Semalam aku bersimpuh di hadapan bapak dan
ibu
Mereka ikhlas mengusap kepalaku
dengan senang hati kau jadi menantu
Nina, aku tidak punya urusan dengan masa
lalumu
Kau dan anakmu adalah masa depanku
Nina berlari kecil meninggalkan kedai itu
sambil mengusap matanya yang basah
Di senyap malam Nina menegur Tuhannya
dengan doa
Gusti Allahku,
Jika inilah jawaban dari sesengguk ratapan
doaku
Maka aku akan menerima dia yang Kau
pilihkan untukku
Lebih baik aku hidup dengan kesederhanaan
yang menentramkan
Daripada hidup bergelimang harta dari jalan
yang kau haramkan
Pada hari-hari yang tak berselang lama
Tersebutlah seorang wanita berkerudung jingga
membungkus jus alpukat dengan karet merah
Dialah istri sah Jarwo, Nina
Dikembangkan dari kisah nyata
Mashhad, Iran.
15 Mei 2014
Zia Muthi Amrullah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H