Mohon tunggu...
Halim Malik
Halim Malik Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

HUMBLE

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"E l e g i"

12 Agustus 2016   16:31 Diperbarui: 12 Agustus 2016   16:35 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sini takkan pernah ada yang mampu tebak rasaku

Rasa yang terjebak pada inginmu yang belum tuntas

Ada nyeri juga perih, yang selalu  datang menghentak

Entah apalah namanya, jauh lebih sakit daripada luka

~

Meski tak berwujud, rasa ini sungguh nyata adanya

Terjerat janji manis, yang dulu pernah kita lapazkan

Tapi apalah dayaku...kita telah terhalang oleh jarak

Pada dimensi ruang dan waktu yang tidak lagi sama

~

Ingin kupinjam ‘pena takdir’ untuk melukis nasibmu

Agar kidung malamku bukanlah sebuah tangisan kecil

Yang berkisah tentang malam yang selalu taburkan sunyi

Pada bentang jarak yang begitu hampa dan meretas sukma

~

Betapa angkuhnya ‘takdir’ di hari terakhir kebersamaan

Tak bisakah aku memohonnya untuk tinggal walau sejenak?

Hanya sebatas menitip salam perpisahan yang amat panjang

Sampai-sampai tegarku rapuh, dan takdirlah yang membuatnya runtuh

~

Mestinya, “dulu” kau ajari aku tentang filsafat ketabahan

Agar aku mampu memaknai tentang arti sebuah “kehilangan”

~*~

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun