Puasa, samar-samar mulai memucat
Meninggalkan hulu tepian ramadhan
Melewati sabana dzikir seindah mimpi
Bersama arus yang deras menuju hilir fitri
.
Untuk sementara waktu...
Ramadhan bagai insektisida dosa
Memerangkap nafsu yang merenggut keliman iman
Bagai terlindung oleh hawa musim semi yang lembut
.
Bulan-bulan lain akan datang
Yang penuh asap aromatik dari sianida dunia
Tawarkan dosa yang minta dihapus di ramadhan berikutnya
Tapi, mungkinkah akan dipertemukan dengan ramadhan-Nya?
.
Selalulah berpikir secara elegan
Bahwa besok tak ada lagi waktu untuk menjemput ajal
Kini saatnya mencari bekal untuk sisa perjalanan pulang
.
Setidaknya kita telah diberi-Nya kesempatan
Seperti cayaha terakhir dari matahari tenggelam
Yang redup ditelan malam
.
Berterimakasihlah kepada Tuhanmu
Yang telah memberi banyak nikmat
Dari yang seharusnya layak diterima
Seraya menyelipkan ibadah ekslusif
Dalam setiap denyut dzikir sakral
Tercakup dalam satu kalimat tunggal
La ilaha ilallah Muhammadur-Rasulullah
.
Lalu menangislah...
Mohon ampun padaNya
Jangan pernah menangis dan bersedih
Jika hanya kehilangan harta bendamu
Tapi menangislah karena dosa-dosamu
Dan merosotnya nilai-nilai keimananmu
~*~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H