”Daerah Yang Tidak Begitu Di Kenal Di Indonesia Namun Mendunia Di Manca Negara”
Ke’te’kesu
Ke’te’ kesu adalah objek wisata yang sudah populer diantara turis domestik dan asing sejak tahun 1979 yang terletak di kampung“Bonoran”berjarak 4 km dari kota rantepao. Telah di tetapkan sebagai salah satu cagar budaya yang perluh kita lestarikan atau lindungi.
Objek wisata ini sangat menarik karena memiliki suatu kompleks perumahan adat yang masih asli dan terdiri dari beberapa Tongkonan(rumah adat)lengkap dengan Alang sura’(lumbung padi).
Ke’te’kesu memang unik begitu kita memasuki perkampungan, berderet tongkonan dan alang sura yang saling berhadapan, tongkonan di ke’te’kesu memilki ukiran yang sangat indah. Tanduk kerbau yang berderet di depannya,menandakan tingginya status sosial si pemilik rumah.
Tongkonan dan alang sura’ dimiliki secara turun temurun. Tongkonan-tongkonan yang ada di ke’te’kesu sudah tua, bahkan ada yang memperkirakan berumur 300 tahun, atapnya yang terbuat dari susunan bambu sudah ditumbuhi rumput liar. Namun, kata pemiliknya hal itu sengaja tidak di bersihkan karena rumput ini bisa berguna untuk mencegah kebocoran dari air hujan.
Selain deretan tongkonan dan alang sura, kita juga bisa melihat ukiran dan pahatan patung di ke’te’kesu.Beberapa penduduk asli memang mempunyai keahlian dalam mengukir dan memahat patung. Mereka juga terbiasa membuat Tau-tau atau patung yang digunakan untuk upacara pemakaman dalam adat suku toraja. Mereka juga sering menggunakan keahlian untuk mengukir peti mati dan rumah adat, ada kompleks pemakaman yang berdinding batu kapur. Konon, makam –makam tua di sini berumur 700 tahun. Tulang –tulang dan tengkorok berserakan di dalam gua dan di sekitar pemakaman. Peti –peti mati atau Erongdipahat menyerupai bentuk perahu,kerbau,dan babi. Ada juga Patane(makam modern) yang berbentuk rumah-rumahan. Puluhan Tau-tauyang membisu, terkunci di dalam sebuah ruangan khusus.
Ke’te’kesuadalah salah satu warisan toraja yang keistimewaannya sudah mendunia.Ke’te’kesujuga telah menyimpan banyak cerita tentang budaya Tana Toraja.
Toraja di tetapkan sebagai cagar budaya oleh UNESCO.
‘’Mengapa bisa ditetapkan sebagai cagar budaya?’’
“Tentu karena ke’te’kesu mempunyai keunikan budaya yang tidak dimiliki tempat lain dan wajib di lestarikan”
Dalam masyarakat toraja (ke’te’kesu) upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya makin berkuasanya seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama Aluk todolo, hanya keluarga bangsawan yang biasanya di hadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebuah tempat prosesi pemakaman yang di sebut Rantebiasanya di siapkan pada sebuah padang rumput yang luas,selain sebagai tempat lumbung padi, juga sebagai tempat berbagai perangkat pemakaman lainnya yang di buat oleh keluarga yang di tinggalkan.
Cara suku toraja dalam pemakamkan keluarganya:
Peti mati dapat di simpan di dalam gua (liang) atau makam batu berukir, atau di gantung di tebing.
Ketika orang toraja meninggal, semua keluarga akan di hubungi dan keluarga tersebut akan memepersiapkan tedong(kerbau) dan bai(babi) kareana orang toraja percaya kerbau bisa membawanya ke puya (surga).
Maka dari itu lah mari berkunjung ke Tana Toraja, kita akan di manjakan dengan pemandangan alam yang indah . Disini masih sangat ketal adat isitadatnya banyak wisatawan yang berkunjung ke tana toraja karena keunikan tersendirinya. Mulai dari wisata goa (Liang), wisata religi,dan pemandangan alam yang tak kalah duanya. Pokoknya “jangan mati sebelum ketana toraja”.
Hamparan sawah yang menghijau, hawa yang masih sejuk “AH POKOKNYA INDONESIA KAYA DENGAN BUDAYANYA.”
Wisatake’ ke’ kesuadalah potret kebudayaan megalitik yang paling lengkap di tana toraja. Keindahan alamnya di kepung pengunungan, hamparan sawah yang luas terbentang. Setiap rumah adat di sini berhadap-hadapan dengan lumbung padi yang berukuran lebih kecil. Untuk memasuki kawasan cagar budaya ke’te kesu, anda hanya perluh membayar biaya sebesar Rp5000,- bagi (anak-anak) dan Rp10.000,-(dewasa). Harga yang sangat murah untuk sebuah perjalanan lintas budaya.
Akses menuju ke’te’ kesuterbilang mudah. Letaknya dekat dengan kotarantepao,kota basis pariwisata di tana toraja,yaitu menggunakan angkutan lokal toraja cukup membayar Rp 5000,-anda sudah sampai ke ke’te’kesuatau mengunakan jasa ojek cukup membayar Rp10.000,- untuk bisa sampai ke ke’te’kesu. Perjalanan menggunakan kendaraan dapat di tempuh dalam waktu kurang dari 30 menit.
Setelah saampai di ke’te’kesuanda akan melihat pemandangan alam yang begitu eksotis . sawah-sawah yang begitu hijau,bekas –bekas Lantang( bekas pesta rambu solo). Ketika anda masuk ke wilayah ke’teanda akan di manjakan dengan Tongkonan( rumah adat ) dan Alang ( lumbung padi ). Setelah melihat–lihat tongkonan kita akan menuju ke goa tebing yang berada tidak jauh dari tongkonan. Sesampainya di ujung jalan terlihat tebing -tebing menjulang yang celah-celahnya terdapat peti –peti kayu tempat mayat disemayamkan. Peti –peti iniberbentuk rumah, perahu kecil ,kerbau,babi, dan naga. Terlihat juga tengkorak-tengkorak dan tulang –tulang berserakan di celah-celah Erong(peti mati). Dibeberapa tempat juga terdapat sesajen yang berisi rokok,uang,makanan,dan minuman.
Di bagian bawa tebing juga terdapat beberapa buah makam yang sangat besar berbentuk rumah yang di sebut Patane (kuburan modern)dan di depannya ada patung manusia yang di buat menyerupai orang yang meninggal yang di sebut juga Tau-tau (patung).
Setelah anda puas dengan melihat tebing-tebing,tiba waktunya untuk berbelanja. Souvenir yang di jual di sini kebanyakan adalah ukiran kayu khas tana toraja. Setiap ukirannya memiliki makna khusus. Motifnya menyerupai hewan,tanaman,matahari, dan kain tenun asli toraja.
Nama : Markomi Fransisco Patandung
Prodi : Bina Wisata Unifa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H