Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketegaran di Balik Pengkhianatan

1 Februari 2025   17:26 Diperbarui: 1 Februari 2025   17:26 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Senja_dokpri. Herlin Variani

"Dia tak suka perempuan."

Bisik Shift lirih. Pengakuannya bak petir di siang bolong. Menyambar dengan garang. Lathifah membeku. Ia terbelalak. Mulutnya terbuka, memamerkan gigi rapi yang dihiasi behel. Ia menatap lekat ke arah Shift. Baru saja mau bertanya...

 "Hiks...hiks...hiks"

Tangis tertahan mengalun seret. Shift menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Bahunya berguncang hebat.

"Lepaskan tangismu." Lathifah menyentuh bahu sohib sejak masa kecilnya itu.

Sejurus kemudian, tangisannya meledak. Pemilik hidung bangir dan berkulit putih bersih itu sesenggukan. Lathifah menghela napas panjang menatap nanar ke arah Shift.

"Jadi ini alasannya? Pernikahannya mendadak batal 2 hari jelang hari H? Tenda sudah terpasang. Undangan sudah tersebar. Persiapan sempurna..." Lathifah membatin.

Lathifah kembali menarik nafas panjang sembari memejamkan mata. Dadanya ikut turun naik dan terasa sesak. Lidahnya kelu sejenak. Ketika tangisan Shift mulai mereda, Lathifah sontak menyodorkan sebungkus tisu besar.

"Hapus ingusmu. Kasian kerudungnya kotor." Ucap Lathifah tanpa rasa bersalah.

Shift melotot. Tangisannya terhenti.

"Lathifah, kau ...!" Sungutnya. Bungkusan tisu itu melayang dan mendarat tepat di punggung Lathifah.

"Aww...! Shift, kau mau mencideraiku? Kenapa aku yang kau sakiti balik. Bukan dia?" Lathifah melotot dan meringis. Menepuk-nepuk punggungnya yang baru saja dihantam bungkusan tisu.

"Salahmu sendiri! Masih saja bercanda!" umpat Shift, kesal.

"Heh, maaf. Orang tua kalian tahu cerita ini?" tanya Lathifah penuh selidik.

Shift menggeleng. "Biar dia yang menjelaskan. Seperti dia mengaku sedang berusaha sembuh beberapa hari sebelum akad. Untuk orangtuaku, dicari dulu momen yang tepat."

Lathifah berdecak kagum. "Ck ck ck. Aku kira bidadari turun ke bumi itu cuma mitos. Ternyata sungguhan ada."

Shift mengernyit. "Mana?"

"Tuh." Lathifah memonyongkan bibirnya kearah Shift.

"Lathifah, kau ...!" Lagi-lagi Shift meraih bungkusan tisu, siap melempar.

"Seriusan ukhti. Klo aku mah, tak sanggup dengan ujian seperti itu. Nyerah. Langsung ngilang. Ambil koper, kabur ke tempat sunyi." Ujar Lathifah sembari mengangkat kedua tangannya secara berulang. Lathifah beberapa kali mengusap wajahnya pertanda gusar.

 Shift mendengus. "Aktingmu bagus. Kau tak memintaku sabar, seperti ocehan orang-orang di luar sana?"

"What? Kau itu definisi sabar. Tiada tandingan. Tak perlu menasihatimu tentang sabar." Balas Lathifah dengan berapi-api.

Shift mendecak, matanya sembab. "Biasanya di sesi curhat, selalu  dapet nasehat untuk sabar. Kau malah menyodorkan tisu."

"Jangan samakan aku dengan mereka. Sakit, tahu!" Lathifah mengerucutkan bibirnya.

"Eh, kau masih tahan dihujat netizen? Klo nggak, kabur aja. Aku carikan tempat kabur dimana tak ada yang mengenalmu." Saran Lathifah konyol.

"Ogah! Kan kau yang selalu bilang, masalah itu dihadapi, bukan dihindari?"

Prok prok. Lathifah bertpeuk tangan sumringah.

"Kereeeennn... ." Ujar Lathifah takjub.

"Allah menyelamatkanmu dari bahaya sejak dini."

Lathifah menarik napas dalam.

"Rekan kantor temanku malah tragis. Sudah punya anak satu. Kerap dituduh selingkuh oleh suaminya. Setiap hari terjadi perdebatan panjang yang berujung pada KDRT. Akhirnya, ia minta cerai."

Shift menatap penasaran. "Lalu?"

"Setelah surat cerai di tangan, ia memergoki mantan suaminya sedang bermesraan dengan lelaki lain. Hoeekkk" Lathifah memperlihatkan ekspresi jijik dan ngeri.

Mata Shift membulat.

"Padahal dia cantik, kariernya mentereng di dunia kesehatan."

Shift menghela napas berat. "Alhamdulillah ya, Lathifah. Aku tahu lebih cepat."

Lathifah mengangguk.

"Allah sayang banget padamu. InsyaAllah, sebentar lagi kau akan didatangi pangeran berkuda putih yang jauh lebih baik."

"Mana ada zaman sekarang orang pakai kuda!" Sergah Shift.

Lathifah tertawa kecil. "Umpamanya ukhti...Lanjutkan hidumpu. Kau berhak bahagia."

Shift mengangguk mantap.

***

Ah, begitulah hidup. Kadang, ujian datang tanpa diundang. Harapan tumbang sebelum sempat mekar. Tapi, siapa yang tahu? Di balik itu semua, Allah sedang merajut rencana dan rahasia terindah bagi hamba-Nya yang beriman dan bersabar. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun