"What? Kau itu definisi sabar. Tiada tandingan. Tak perlu menasihatimu tentang sabar." Balas Lathifah dengan berapi-api.
Shift mendecak, matanya sembab. "Biasanya di sesi curhat, selalu  dapet nasehat untuk sabar. Kau malah menyodorkan tisu."
"Jangan samakan aku dengan mereka. Sakit, tahu!" Lathifah mengerucutkan bibirnya.
"Eh, kau masih tahan dihujat netizen? Klo nggak, kabur aja. Aku carikan tempat kabur dimana tak ada yang mengenalmu." Saran Lathifah konyol.
"Ogah! Kan kau yang selalu bilang, masalah itu dihadapi, bukan dihindari?"
Prok prok. Lathifah bertpeuk tangan sumringah.
"Kereeeennn... ." Ujar Lathifah takjub.
"Allah menyelamatkanmu dari bahaya sejak dini."
Lathifah menarik napas dalam.
"Rekan kantor temanku malah tragis. Sudah punya anak satu. Kerap dituduh selingkuh oleh suaminya. Setiap hari terjadi perdebatan panjang yang berujung pada KDRT. Akhirnya, ia minta cerai."
Shift menatap penasaran. "Lalu?"