"Lathifah, kau ...!" Sungutnya. Bungkusan tisu itu melayang dan mendarat tepat di punggung Lathifah.
"Aww...! Shift, kau mau mencideraiku? Kenapa aku yang kau sakiti balik. Bukan dia?" Lathifah melotot dan meringis. Menepuk-nepuk punggungnya yang baru saja dihantam bungkusan tisu.
"Salahmu sendiri! Masih saja bercanda!" umpat Shift, kesal.
"Heh, maaf. Orang tua kalian tahu cerita ini?" tanya Lathifah penuh selidik.
Shift menggeleng. "Biar dia yang menjelaskan. Seperti dia mengaku sedang berusaha sembuh beberapa hari sebelum akad. Untuk orangtuaku, dicari dulu momen yang tepat."
Lathifah berdecak kagum. "Ck ck ck. Aku kira bidadari turun ke bumi itu cuma mitos. Ternyata sungguhan ada."
Shift mengernyit. "Mana?"
"Tuh." Lathifah memonyongkan bibirnya kearah Shift.
"Lathifah, kau ...!" Lagi-lagi Shift meraih bungkusan tisu, siap melempar.
"Seriusan ukhti. Klo aku mah, tak sanggup dengan ujian seperti itu. Nyerah. Langsung ngilang. Ambil koper, kabur ke tempat sunyi." Ujar Lathifah sembari mengangkat kedua tangannya secara berulang. Lathifah beberapa kali mengusap wajahnya pertanda gusar.
 Shift mendengus. "Aktingmu bagus. Kau tak memintaku sabar, seperti ocehan orang-orang di luar sana?"