Banyak yang bertanya-tanya. Gadis berjilbab lain lebih sering menghindar, tak membalas. Tapi Lathifah? Dia malah menanggapi dengan canda.
"Kenapa kau tak diam saja, Tifah? Biasanya jilbaber malu saat diejek," tanya sahabatnya di kelas.
Lathifah tergelak, lalu memegangi perutnya seolah menahan sakit. "Jangan kau bandingkan aku dengan dia. Sakit!" katanya dengan wajah meringis.
"Serius, Tifah! Jangan bercanda," tegur temannya sambil menepuk bahunya.
Yang ditepuk malah cengengesan.
"Kenapa aku harus menghindar? Bagaimanapun, mereka saudaraku. Aku harus tegas menghadapi yang kurang waras. Eh, atau mereka ngefans ya?" Lathifah menaikkan alis, berpura-pura berpikir.
Beberapa mahasiswa menggeleng-geleng. Mendengar jawaban yang tak terduga, Anne, salah satu dari mereka, mendadak muncul dari balik pintu.
"Jadi, kau menuduh kami tak waras?" suaranya tajam.
Lathifah mengangguk yakin. "Begitulah. Makanya aku santai. Tak perlu tersinggung. Mental kalian sedang terganggu."
"Lathifaaaah!" Suara protes menggema. Beberapa mahasiswa yang duduk di kelas ikut terbahak.
Lathifah mengedip nakal. "Kalian waras?"