Nah, terkait sebutan gila ini hilang atau terus bertahan? Alhamdulillah sebutan gila yang sempat dialamatkan kepada saya perlahan berubah menjadi decak kagum. Bahkan saya kerap menerima perlakuan positif dan menerima ucapaan terimakasih tanpa henti dari orangtua siswa.
Kenapa bisa demikian? Sebab saya berupaya mencarikan solusi agar tak terjadi kesalahpahaman dengan orangtua. Pasca mendapat laporan dari siswa, saya berdiskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat. Kemudian kami mengundang seluruh wali murid di kelas yang saya ampu. Pada pertemuan dengan wali murid ini saya jelaskan secara detail segala strategi yang saya terapkan dalam proses belajar mengajar tersebut.Â
Bahkan saya membentuk komite kelas yang strukturnya diamanahkan kepada wali murid. Bahkan terbentuk kesepakatan ada pertemuan rutin orangtua siswa sebulan sekali di kelas kami dengan cover komite kelas. Di sana kami selalu berdiskusi terkait perkembangan dan segala kebutuhan anak untuk kepentingan belajar di sekolah.
Dampaknya sebutan gila menghilang seketika. Berbagai peningkatan yang diperlihatkan oleh siswa membuktikan gurunya mengajar dengan cara yang waras hingga tak ada keluhan dari orangtua. Hehehe. Setiap persoalan yang kita hadapi dapat diselesaikan dengan komunikasi sehat, musyawarah serta mufakat tanpa perlu ada kemarahan apalagi baper-baperan (bawa perasaan).
   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H