"Mudah-mudahan kalian beneran bisa sukses dah." Ucapnya lagi.Â
Selepas kepergiannya ibu memeluk kami. "Tunjukkan pada dunia kalian bisa Nak. Jangan lupa berbuat baik pada orang-orang disekitarmu. Walau dia pernah menyakitimu." Begitu pesan ibu dengan lembut.
Dilain waktu, perlakuan berbeda juga pernah dirasakan dari sosok yang selalu digugu dan ditiru. Dihari biasa sikap beliau sangat positif dan baik. Namun disaat kami berdampingan dengan salah seorang siswa yang merupakan anak seorang tokoh berpengaruh.Â
Perhatian beliau terbius oleh anak ini. Walau secara prestasi akademik dia tak unggul. Namun menjadi prioritas.Â
***
Beberapa sikap tak nyaman di atas pernah diterima. Tak terlintas prasangka buruk pda mereka. Tak terbersit keinginan untuk membenci mereka. Apalagi membalasdan mendendam.
Perlahan mulai lahir keinginan menjadi seorang guru. Bermain dalam imajinasi. Kelak ingin menjadi guru yang begitu disenangi dan dirindukan oleh semua siswa. Tak memberi porsi berbeda pada anak didik sesuai kasta orangtua mereka.
Harapan untuk ikut membangun peradaban mulai berkelabat dalam angan. Mengukir jiwa-jiwa polos yang berstatus sebagai siswa dengan cinta yang tulus tanpa buatan. Membimbing mereka menjadi manusia yang seutuhnya.
Berbudi luhur dan bermanfaat untuk dunia sekitarnya. Tak melukai walau ia mampu melakukannya. Tak sombong walau telah punya segalanya. Tak menciderai jiwa anak didik hanya karena kondisi mereka terbatas
Insya Allah bersambung
Ruang Mimpi, 6 Desember 2020