Tak lama kemudian ia kembali untuk melihat mimik saya. Raut muka sedih dengan mata berkaca-kaca saya pamerkan padanya.
"Saya tak bisa menyapu. Apa yang bisa saya bantu." Ia mendekat dengan sedikit menggerutu. Melihat sikapnya, saya sedikit akting. Berpaling darinya.
"Angkat bangku boleh?" Tanyanya sembari menatap saya. Saya hanya mengangguk. Dengan sigap seluruh bangku di kelas diangkat ke atas meja dan segera berlari kembali keluar kelas.
"Selesai ya, aku pulang." Ia berteriak lalu menghilang. Saya menyaksikan tingkahnya sembari tertawa dan geleng-geleng kepala.
Inilah warna-warni belajar tatap muka di zona nyaman. Nyaman artinya bukan hijau, kuning, oren atau merah. Melainkan sebuah langkah menghadirkan suasana belajar menyenangkan dan bersahabat dengan siswa dalam kondisi apa pun.
Ruang Mimpi, 30 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H