Coretan demi coretan dengan tinta merah menghiasi naskah. Namun editing ala anak muda yang getol mewujudkan cita ini hanya sekadar perbaikan kata dan kalimat menurut PUEBI semata. Tak lebih dari itu.
Tak puas dengan hasil yang didapat, mata mulai melirik editor profesional. Dengan segenap keyakinan  berbumbu kenekatan, naskah sampai di tangan editor profesional.Â
Berkat dukungan kerabat dan sahabat, biaya pracetak tuntas untuk sesaat. Ya, sesaat. Karena pelunasan biaya pracetak dengan dana pinjaman alias terutang. Hehehe
Singkat cerita, terbitlah buku impian. Buku sampai di tangan, beberapa pihak minta buku dengan cuma-cuma. Dengan alasan hubungan kita yang cukup dekat.
Penulis menolak dengan manis. Menerima penolakan dari penulis, yang bersangkutan mengaku hanya bercanda.Â
Walau mereka minta buku gratisnya bercanda, namun penulis tetap menolak dengan serius. Bahkan penolakan dilakukan dengan kekuatan penuh. Wkwkwk
Tak terbayang bagaimana jadinya jika seluruh buku digratiskan. Nanti bayar dana pinjamannya pakai apa. Namun alasan itu tak dijelaskan pada teman-teman yang bercanda. Penolakan hanya melalui senyuman. Tak ingin menyakiti.
Lalu apakah ini yang dimaksud dengan judul tulisan ini? Melakukan penolakan penyerahan buku gratis dengan kekuatan penuh?
Jawabannya tidak. Karena sebelum buku dipasarkan, yang pertama penulis lakukan adalah membagi beberapa buku pada beberapa guru-guru penulis.Â
Selain itu, jika ada seseorang yang sangat menginginkan karya penulis ini, namun beliau benar-benar tak mampu untuk membeli, maka buku yang berjudul "Parents Smart untuk Ananda Hebat" ini penulis bagi secara gratis.
Nah, yang harus ditolak dengan kekuatan penuh itu adalah keraguan. Kala memiliki keinginan mewujudkan sebuah cita, dengan tujuan untuk menyemai benih-benih kebaikan, yakinlah dengan pertolongan Tuhan.