Tutup! Bentuk bulat rata di berbagai sisi. Hingga tak terlihat lagi isi. Ulangi, sampai adonan usai dieksekusi. Mangkuk kecil telah berisi bulatan-bulatan rapi, siap dimasukkan ke dalam air mendidih.
Klepon. Ya, beragam tanya akhirnya terjawab, bermuara pada panci. Terlihat bulatan-bulatan hijau mengapung dan menepi. Mereka seolah ingin menyampaikan pesan, jikalau siap disajikan.
Simbah segera mengemas ke dalam piring datar, mengurai dengan sabar. Kelapa parut yang sudah dikukus bersiap menerima bulatan-bulatan hijau agar terbalut sempurna.
"Panggil adik-adikmu."
Baru sempat kucium arom harum daun suji. Belum sempat kucicipi. Bergegas kupanggil dua adikku. Lalu duduk dalam satu meja. Kebiasaan sederhana, terasa istimewa. Dengan hadirnya sosok penuh warna berbeda, klepon.
Tak lama dua tangan mungil berebut meraih bulatan hijau yang tentu saja masih hangat. Aku tak kalah ikut memungut. Menyambut beberapa di antara mereka, sebab hangat lebih nikmat. Seru karena saling berebut. Mencari yang paling banyak isi.
"Yaaah, gulanya kok cuma dikit Mbah."
"Yeeaa, aku dapat banyak."
"Aku malah gak ada gula."
"Kok isinya beda-beda Mbah?"
Beragam celoteh teruntai. Simbah tersenyum dengan santai. Menghela nafas perlahan lanjut menjelaskan. Kami terdiam.