Wajah nan anggun yang tak lekang dalam ingat. Hingga masa berganti pun tetap tersemat. Semangat tangguh mengakar kuat. Memperjuangkan hak wanita menjadi bagian hidup yang begitu hebat.
RA. Kartini. Seandainya beliau tau, apa yang dialami wanita masa kini. Tentu tak terbayang rasa. Perjuangan yang begitu luar biasa. Di tengah pandemi mendera. Wanita harus tampil perkasa. Walau hanya di rumah saja pun mengurai kisah di garis depan, semangat tetap dinyalakan. Demi satu tujuan keselamatan.
Begitu banyak fenomena berbeda, ketika kita memahami sebuah realita. Wanita memiliki aneka cerita. Selama pandemi menuai bermacam perjuangan yang dialami. Tentu dengan porsi peran yang dimiliki.
***
"Mba, jadwal operasi caesar jam 11 tepat, sekarang aku sudah berangkat."
Sebuah pesan singkat singgah pagi itu di laman WA. Sempat kubaca dan berurai air mata. Seorang sahabat berjuang di luar sana. Ya, beliau harus mengikuti protokol dalam melahirkan anak ketiga.
Seperti yang kita tau. Untuk memasuki sebuah rumah sakit kini tak seperti dulu. Harus melewati prosedur khusus terlebih dahulu. Ini demi satu kata "menjaga". Dan sebagai bentuk antisipasi sesama warga. Agar tak banyak lagi korban jiwa. Disebabkan virus yang cukup memberi dampak luar biasa berbahaya.
Oleh karenanya, beberapa hari sahabatku harus ikhlas melewati. Tes kesehatan layaknya masuk pegawai negeri. Betul-betul dilakukan dengan teliti. Untuk memastikan bahwa tidak ada virus yang menyertai.
Aku tau bagaimana perjuangan beliau menghadapi ini. Melahirkan di masa pandemi bukan hal yang mudah dilalui. Tes kesehatan yang tak henti dijalani. Demi lolos pun bisa segera ditangani.
Tentu menjadi sebuah kewajiban, semua demi kebaikan. Begitu banyak korban yang berjatuhan. Hingga tak bisa diketahui mana lagi orang yang belum terjangkiti. Dan dokter semakin ketat dalam menelusuri. Riwayat perjalanan pun daftar kontak yang pernah ditemui.
Ini membutuhkan sebuah kejujuran. Di mana masing-masing individu harus rela melepas beragam kepentingan. Demi tercipta keamanan kesehatan. Sehingga protokol tak boleh lengah dijalankan.
Melahirkan. Merupakan bentuk perjuangan seorang perempuan. Ketika nyawa dipertaruhkan. Dan darah tak sedikit dikeluarkan.
Hingga ada yang mengatakan bahwa kesempurnaan seorang wanita terlihat ketika menjalani proses melahirkan. Ya, anugerah terindah yang digariskan Tuhan. Menjadi sebuah perjuangan. Walau menuai resiko tinggi. Namun harus dilewati.
Tanggal 21 April, bukan hanya merupakan kebetulan. Namun memang telah dijadwalkan. Seorang sahabat menjalani proses melahirkan. Melalui serangkaian protokol operasi tentu menjadi hal yang begitu mendebarkan.
Aku kerap memberi semangat. Hebat. Kartini masa kini, berjuang di tengah pandemi. Aku yakin wanita terpilih bukan sembarang dipilih. Itu berarti Tuhan percaya beliau mampu melewati. Sebab ini bukan hal yang mudah dilewati.
Pandemi merupakan kondisi serius yang dihadapi. Hingga wanita melahirkan pun harus diawasi. Menjalani tes yang butuh kejujuran tinggi.
Sehingga dipastikan aman untuk melakukan tindakan. Lagi lagi semua demi kebaikan. Begitulah seorang Kartini masa kini. Berjuang menembus benteng pertahanan pandemi.
***
Tak hanya melahirkan. Perjuangan Kartini masa kini di tengah pandemi pun beragam. Adalah wanita garda depan. Yang sudah barang tentu mereka sebenar benar pahlawan.
Tak ada kata lain melainkan, salut. Meski harus berpisah sementara dengan keluarga pun menuai kalut. Namun cambuk semangat rupanya tak henti menyulut. Terus maju tanpa rasa takut.
Bahkan nyawa menjadi taruhan. Ada dua kemungkinan. Pulang disambut pelukan atau hanya nama yang dikenang. Aku bisa merasakan. Sebab aku adalah anak seorang garda depan.
Dulu, ibuku pun demikian, berganti jaga hingga kembali hanya sesekali. Meski tak mengalami masa pandemi. Namun perjuangannya tentu setangguh Kartini masa kini.
Begitulah wanita garda depan menuai cerita. Menoreh catatan sendu pada masa yang kelabu. Namun, percayalah semua kan indah pada saatnya nanti. Jikalau perjuangan tak henti ditapaki. Kartini masa kini begitu gigih memegang tonggak semangat basmi pandemi.
***
Pejuang berikutnya yakni kami. Para emak yang gagah berdiri. Meski bersenjata wajan dan panci. Pun singgasana dapur berbekal peralatan tempur, hingga berkendara mesin cuci. Namun kehadiran kami begitu dinanti.
Bagaimana tidak, mendampingi keluarga sepanjang hari. Merupakan bentuk perjuangan hakiki. Bangun pagi hingga malam menyingkap sunyi, kiranya kami tak henti menggenggam mimpi.
Meski tak berdiri di garda depan. Namun di tangan kamilah keluarga bisa bertahan. Di rumah saja kami gigih berjuang. Menjaga agar virus berbahaya tak menyerang.
Maka dari itu emak tak boleh kalah. Bahkan menyerah. Lentera semangat harus selalu di semat. Sebab di pundak kamilah harapan tertancap. Membantu garda depan itulah yang kerap kami ucap. Saat panci dan kawan-kawan menjadi saksi. Kami, Kartini masa kini pun siap beraksi. Membasmi pandemi hingga lenyap dari muka bumi.
***
Begitulah wanita dilahirkan. Memiliki kekuatan sebagai penopang keadaan. Bagaimanapun wanita dicipta menjadi penyeimbang dunia. Bahkan bisa melakukan hal yang cukup luar biasa.
RA. Kartini sebagai bukti nyata. Ketangguhan seorang wanita merupakan titik perjuangan sebuah tahta. Aku sungguh bangga. Sosoknya yang begitu lembut namun memiliki hati sekuat baja.
Pandemi telah merubah perjuangan Kartini masa kini. Semakin tangguh meski berbekal mawas diri. Menjadi tumpuan, kian pemberani. Menembus medan pandemi hingga berhasil menggenggam makna pejuang sejati.
Kartini pasti bangga. Melihat generasi penerusnya yang mampu merubah dunia. Meski wabah melanda. Namun perjuangan tetap dilaksana.
Terus bangkitkan semangat pejuang Kartini masa kini. Tetaplah berjuang di tengah pandemi. Anggap ini sebuah mimpi, esok kan terjaga sambut senyum bahagia. Semoga.
Niek~
Jogjakarta, 21 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H