Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jenuh di Rumah, Anak Mulai Berulah, Bagaimana Emak Mengurai Resah?

13 April 2020   18:17 Diperbarui: 13 April 2020   21:35 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak jenuh (Sumber: Shutterstock via KOMPAS.com)

"Buu Mamas gangguin terus huuuaaa...."

Seharian anakku yang paling kecil menangis berulang kali. Tak kalah heboh, anak kedua pun mulai berteriak lagi. Si sulung semakin tak jera membuat ulah, hingga kedua adiknya ribut tiada henti. Begitulah keseruan beberapa hari ini. Jenuh. Barangkali inilah yang tengah dihinggapi.

Sejak pandemi mulai merambah bumi kami. Anak-anak bagai terkurung dalam sangkar. Semua demi tak terpapar. Virus yang mulai menyebar di luar. Bagaimanapun harus dihentikan. Sehingga mereka wajib mematuhi. Agar pandemi segera bisa diakhiri. Meski mungkin menahan jenuh bukan yang diingini.

Jangankan anak-anak, orang tua pun tak dipungkiri, pastilah dihinggapi rasa ini. Ketika harus berada di dalam rumah. Dengan segala rutinitas tugas. Pun beragam pekerjaan yang harus tuntas. Belum lagi memikirkan kebutuhan hidup yang tiada batas.

Namun inilah seni. Bagaimana kita bisa menahan diri. Saat dalam lingkaran kejenuhan. Tentu terselip pesan yang mengesankan.

Begitu pun yang terjadi pada anak-anak. Semoga bisa kita sikapi dengan bijak. Sejak pandemi yang belum jua beranjak. Sebagai orang tua mari kita berpikir sejenak. Bagaimana mengurai kejenuhan anak. Demi kebaikan kita singkirkan segala penat.

School from home, kiranya telah berlaku sejak awal sekolah diliburkan. Serangkaian tugas menanti untuk dikerjakan. Hari demi hari aku mendampingi, agar tugas anak tak terbengkalai. Sebagai pengganti sebagian besar nilai. Sebab hasil ujian akhir semua diambil dari tugas yang diurai.

Ini sebagai bentuk solusi. Ketika wabah belum jua terhenti. Agar anak tetap bisa belajar. Meski dalam situasi yang tak wajar. Walau tak dipungkiri rasa jenuh tentu menghampiri.

Kini, hampir sebulan sudah anak-anak tinggal di dalam rumah. Jenuh. Tentu saja menjadi sebuah fenomena yang tak bisa dielakkan. Setiap hari di depan mata hanya sebatas anggota keluarga. Rindu teman sebaya tak bisa dihindari hadirnya.

Bahkan work from home pun tak kalah jadi korban. Rapat online bapaknya berujung cekikikan. Gegara anak-anak yang tak bisa diam. Beberapa kali mondar mandir tak karuan mendekati layar laptop yang ada di hadapan. Lagi lagi "jenuh" melilit keadaan.

Jika kondisi rumah terdiri banyak ruang, barangkali anak-anak bisa berpindah pindah jikalau jenuh menyerang. Namun bayangkan jika rumah hanya beberapa ruas mini, seperti yang kami tempati ini. Wajar jika anak-anak kerap mengeluhkan. Dan beberapa kali ingin segera diperbolehkan keluar ruangan.

Menjadi dilema ketika pandemi belum juga mereda. Anak-anak harus tetap dikondisikan di rumah saja. Ya, jenuh. Kata inilah yang menjadi momok setia. Bahkan setiap saat bisa saja menjebak dalam situasi yang sama.

Tentu jenuh tak akan hilang, dan mungkin saja akan kerap mengunjungi. Terutama pada situasi pandemi seperti sekarang ini. Di mana aturan "di rumah saja" harus kian dipatuhi. Nah, saatnya emak mencari cara agar kejenuhan anak segera sirna.

Silahkan Berkreasi Nak, Asal....
Aturan boleh mengacak-acak rumahpun aku buka lebar. Entah membuat markas kecil di sudut kamar. Atau menyusun beberapa kursi dibuat menjadi sebuah kendaraan. Silahkan dilakukan.

Bahkan menyingkirkan segala barang agar ruang menjadi lapang, dan gooool bola kertas pun berhasil membobol gawang terbuat dari kardus yang dipasang. Dalam sekejap kondisi rumah sudah mirip kapal pecah. Tak apa asal mereka tetap betah di dalam rumah.

Setelah itu barulah aku giring untuk membereskannya sebelum mereka berangkat tidur. Tentu ini bertujuan agar rumah tetap bersih, sehat, dan teratur. Serta anak lebih disiplin, kreatif, pun rasa jenuh segera luntur. Silahkan berkreasi asal setelah itu dirapikan kembali.

Cooking Class Yuk!
Anak-anak memasuki masa pertumbuhan. Tentu membutuhkan banyak asupan. Apalagi situasi pandemi anak tentu perlu lebih banyak nutrisi. Pun makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan penunjang antibodi.

Saatnya emak membuat acara makan menjadi lebih meriah. Dengan melibatkan mereka memasak agar semakin betah di rumah. Meski sudah bisa dipastikan kondisi dapur akan hancur lebur. Tak apalah yang penting anak-anak terhibur.

"Bu ini setrika ya?"

"Bukan sayang itu mixer."

"Hahaha...."

Suara gelak tawa mereka pun terurai ketika adik kecil mereka yang belum begitu faham menyeletuk. Belum lagi saat emak membuat adonan. Tangan-tangan mungil mulai meraih beberapa macam bahan.

Dan, dalam sekejap serpihan tepung berhamburan. Hampir menyiram sekujur badan. Tawa pun mereka lanjutkan. Sembari menempelkan telapak tangan. Wajah berubah belepotan. Untung saja, raut marah emak segera tertahan. Sabar sabar. Hehehe.

Yang penting tujuan melempar kejenuhan anak tercapai sudah. Anak-anak tak lagi terbelit rasa gundah pun resah. Terganti dengan keceriaan yang kian sumringah menghampiri wajah. Nah, kalau anak kenyang. Emak pun tenang. Dan cooking class setiap hari, pasti jadi acara yang dinanti.

Tak Henti Memberi Edukasi Pandemi
Pada situasi seperti sekarang ini. Hal yang penting bagi anak yakni tak henti mengedukasi mereka mengenai pandemi. Mengapa? Alasan paling sederhana agar mereka tau, untuk apa mereka di rumah saja? Sehingga lanjut bisa menerima ketika tak boleh keluar pun bertemu teman sebaya.

Jika sudah demikian, mereka akan sadar juga sabar. Diharapkan bisa melalui hari demi hari dengan perasaan senang. Meski dalam sebuah penantian yang cukup panjang. Dan semoga kejenuhan sedikit demi sedikit bisa hilang.

"Bu, kapan corona pergi?"

"Tentu saja kalau kita semua mematuhi, corona akan secepatnya pergi."

"Tetap betah di dalam rumah kan Bu?"

"Iya, anak pinter."

"Yeeaa, kalau corona pergi kita bisa ketemu teman lagi."

Mengedukasi mengenai pandemi bisa dengan beragam cara. Membagi cerita, lagu, atau mempraktekkan bersama bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar. Sebab mencuci tangan pun merupakan bagian penting dari rangkaian edukasi pandemi, selain makanan bergizi dan tetap tinggal di dalam rumah.

Diharapkan akan tumbuh kebiasaan yang menyehatkan. Sebab virus hanya bisa dilawan dengan kekuatan antibodi. Jika anak telah memahami, edukasi pandemi akan berlanjut pada kesadaran diri.

Ini sangat penting, agar anak bisa menahan diri untuk tak jenuh serta betah tinggal di dalam rumah. Yuk, raih hati anak dengan tak henti mengedukasi mereka mengenai pandemi.

***
Begitulah aku mencoba menjalani hari demi hari. Mengurai beragam resah nan menyelimuti. Saat anak disinggahi rasa jenuh yang tak bisa dihindari.

Anak-anak menjadi bagian yang wajib kita lindungi. Mengapa demikian? Sebab anak adalah generasi penerus bangsa. Tak boleh kita lelah menjaga.

Barangkali ini bisa menjadi sebuah renungan. Bahwa virus ini dihadirkan Tuhan agar manusia lebih gigih berjuang. Tak lengah dengan kehidupan dunia yang sementara.

Maka dari itu kita harus saling menjaga. Semua diawali dari keluarga. Dan anak-anak merupakan bagian yang wajib dijaga. Semoga segala jenuh dan peluh akan terbalas bahagia. Aamiin.

Niek~
Jogjakarta, 13 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun