"Buu Mamas gangguin terus huuuaaa...."
Seharian anakku yang paling kecil menangis berulang kali. Tak kalah heboh, anak kedua pun mulai berteriak lagi. Si sulung semakin tak jera membuat ulah, hingga kedua adiknya ribut tiada henti. Begitulah keseruan beberapa hari ini. Jenuh. Barangkali inilah yang tengah dihinggapi.
Sejak pandemi mulai merambah bumi kami. Anak-anak bagai terkurung dalam sangkar. Semua demi tak terpapar. Virus yang mulai menyebar di luar. Bagaimanapun harus dihentikan. Sehingga mereka wajib mematuhi. Agar pandemi segera bisa diakhiri. Meski mungkin menahan jenuh bukan yang diingini.
Jangankan anak-anak, orang tua pun tak dipungkiri, pastilah dihinggapi rasa ini. Ketika harus berada di dalam rumah. Dengan segala rutinitas tugas. Pun beragam pekerjaan yang harus tuntas. Belum lagi memikirkan kebutuhan hidup yang tiada batas.
Namun inilah seni. Bagaimana kita bisa menahan diri. Saat dalam lingkaran kejenuhan. Tentu terselip pesan yang mengesankan.
Begitu pun yang terjadi pada anak-anak. Semoga bisa kita sikapi dengan bijak. Sejak pandemi yang belum jua beranjak. Sebagai orang tua mari kita berpikir sejenak. Bagaimana mengurai kejenuhan anak. Demi kebaikan kita singkirkan segala penat.
School from home, kiranya telah berlaku sejak awal sekolah diliburkan. Serangkaian tugas menanti untuk dikerjakan. Hari demi hari aku mendampingi, agar tugas anak tak terbengkalai. Sebagai pengganti sebagian besar nilai. Sebab hasil ujian akhir semua diambil dari tugas yang diurai.
Ini sebagai bentuk solusi. Ketika wabah belum jua terhenti. Agar anak tetap bisa belajar. Meski dalam situasi yang tak wajar. Walau tak dipungkiri rasa jenuh tentu menghampiri.
Kini, hampir sebulan sudah anak-anak tinggal di dalam rumah. Jenuh. Tentu saja menjadi sebuah fenomena yang tak bisa dielakkan. Setiap hari di depan mata hanya sebatas anggota keluarga. Rindu teman sebaya tak bisa dihindari hadirnya.
Bahkan work from home pun tak kalah jadi korban. Rapat online bapaknya berujung cekikikan. Gegara anak-anak yang tak bisa diam. Beberapa kali mondar mandir tak karuan mendekati layar laptop yang ada di hadapan. Lagi lagi "jenuh" melilit keadaan.
Jika kondisi rumah terdiri banyak ruang, barangkali anak-anak bisa berpindah pindah jikalau jenuh menyerang. Namun bayangkan jika rumah hanya beberapa ruas mini, seperti yang kami tempati ini. Wajar jika anak-anak kerap mengeluhkan. Dan beberapa kali ingin segera diperbolehkan keluar ruangan.